Mohon tunggu...
Adhwaa Afrilya
Adhwaa Afrilya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya sangat menyukai membaca,menulis,menonton film, dan hibernasi. saya ingin menjadi seorang penulis,tetapi belum memiliki kosa kata bahasa yang baik dan benar, dan ingin juga memiliki publik speaking yang lugas dan luas akan pengetahuan dan bahasa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tugas Bahasa Indonesia

18 Oktober 2022   20:04 Diperbarui: 18 Oktober 2022   20:08 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sudut pandang teman saya kepada film hope(2013).

Ini merupakan salah satu film yang bagus untuk dijadikan pembelajaran bagi yang menontonnya, disamping ini film merupakan kisah nyata dari seorang korban pelecehan film ini pun bertujuan untuk menyinggung isu sosial yang ada. Kisah ini menceritakan seorang anak yang hidup bahagia bersama keluarganya. Namun, semua itu berubah ketika ia dilanda sebuah kejadian yang mengganggu psikisnya hingga mengalami trauma berat. Pada pagi hari yang cerah ketika sitokoh utama berangkat ke sekelohnya untuk belajar seperti biasanya, namun ditengah perjalanan ia diculik dan diperkosa oleh seorang lelaki bejat yang tidak bertanggung jawab, sampai-sampai ia dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka-luka dibeberapa bagian tubuh hingga ke bagian intimnya. Setelah kejadian itu ia mengalami trauma terhadap lelaki bahkan ayahnya pun sendiri. Ayahnya pun mencari cara agar tetap bisa berinteraksi dengan anaknya, sehingga ketika ingin menemuinya bapak itu menggunakan kostum badut agar tidak dikenali oleh anaknya. Sebab ia sangat ketakutan apabila bertemu dengan seorang laki-laki, karena ia akan mengingat kembali kejadian yang membuat dirinya trauma berat hingga dapat membuat dirinya tidak nyaman. Beberapa hari dirinya di rawat di rumah sakit dan mendapatkan perhatian khusus dari ibu nya karena takut akan terjadi kembali yang tidak-tidak oleh anaknya, ia tetap kembali bersekolah seperti biasanya hanya saja ia diantar jemput oleh ibu nya bahkan di tunggu hingga pulanh sekolah, di sekolah pun ia belajar dengan khusus oleh guru-guru yang mengerti akan kondisinya dan untuk mencegah agar anak itu tidak terjadi apa-apa. Semua berjalan dengan baik, sampai teman-teman yang selalu pulang bareng anak gadis kecil itu pun merasa gagal menjadi teman dan menyesal karena mereka tidak bisa saling menjaga satu sama lain. Bahkan ia puoang sekolah dengan ibunya menggunakan mobil sampai menutup bagian depan pengemudi, ketika diperjalanan anak gadis itu melewati tempat di mana saat kejadian yang membuat dirinya trauma dan gangguan psikis yang mebuat ia mengingat kembali keadaan itu yang membuay dirinya sesak nafas. Kemudian ayahnya yang selalu memberi support terhadap anaknya agak selalu tersenyum tetapi tidak dengan secara langsung melainkan dengan cara memakai pakian badut agar anak tersebut tidak ketakutan bahkan sampai mengingat trauma pada dirinya. Setiap hari ayahnya selalu menyemangati anak gadis kecilnya di sekolah sampai membela-bela menunda pekerjaannya hanya untuk seorang anak perempuan yang ia sayangi. Pengorbanan ayahnya agar selalu dekat dengan anaknya hingga melakukan cara apapun, sehingga anak tersebut mengetahui seseorang di balik kostum badut tersebut, bahwa itu adalah ayahnya. Mengetahui hal tersebut ibu dan ayahnya sangat senang karena ia sudah mulai sedikit bedamai dengan keadaan. Tiba lah hari keadilan untuk anak gadis kecil itu terhadap apa yang kejadian yang tertimpa olehnya, pelaku yang sudah tertangkap oleh kepolisian yang saat ini sudah duduk di kursi pengadilan yang terkena pasal pelecehan seksual terhadap anak kecil yang akan dipenjara seumur hidup. Tetapi kedua orang tua anak tersebut kecewa dengan keputusan pengadilan yang hanya memberi hukuman 12 tahun kurungan penjara, karena pelaku mengaku bahwa dirinya melakukan hal bejat tersebut dalam keadaan mabuk berat, yang berujung kepada kemarahan publik karena ini tergolong peristiwa kejahatan dan kekerasan seksual yang tak terampuni. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun