Dalam menjalani kehidupan ini, komunikasi memiliki peran penting sebagai suatu tindakan yang memungkinkan orang-orang memberikan dan menerima informasi, serta berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Komunikasi adalah penghubung antara sesama manusia, baik sebagai individu maupun dalam kehidupan berkelompok.
 Pada situasi pandemi saat ini, dimana pemerintah menganjurkan untuk menutup sekolah dan juga kampus, dan mengaharuskan semua untuk melakukan  kegiatan belajar mengajar melalui media online ataupun daring, dimana hal ini membuat sekat tersendiri bagi pengajar dan mahasiswanya. Tentu saja antara dosen dan mahasiswa harus mulai beradaptasi dengan hal baru ini. Dari yang biasa belajar secara tatap muka atau langsung, menjadi belajar jarak jauh melalui media yang ada. Tidak sedikit yang mengeluhkan akan sulitnya belajar secara daring ini. Materi yang sulit dikuasai, dosen yang selalu memberikan tugas.Â
Terkadang ada beberapa dosen yang memberikan tugas dengan jangka waktu pengumpulan yang sangat mepet, tentu saja mahasiswanya akan meracau kesal karena harus sesegera mungkin mengerjakannya. Â Merekapun juga terkadang mereka enggan menyampaikan pendapatnya karena merasa kurang percaya diri ataupun takut pendapatnya disalahkan oleh dosen pengajar. Setelah dipikirkan kembali, ternyata banyak hal yang bisa menjadi penghalang dalam proses belajar mengajar secara daring ini. Ada pula situasi dimana, dosen baru pertama kali mengajar dengan metode daring, dan mahasiswa juga sedang beradaptasi dengan kuliah daring. Situasi ini tidak mungkin berlangsung dalam waktu singkat, maksudnya ialah proses adaptasi baik dari dosen maupun mahasiswa pasti membutuhkan waktu untuk menyesuaikan.Â
Teri Kwal Gamble & Michael Gamble, memaparkan bahwa untuk  menjadi komunikator yang baik,  dibutuhkan ketrampilan dan pemahaman  yang diperoleh melalui, salah satunya yakni, Pengetahuan untuk melihat bagaimana, mengapa dan kepada siapa kegiatan komunikasi dilakukan, Kemamppuan menghargai adanya keanekaragaman gender, budaya,  media dan perubahan teknologi, yang dapat memengaruhi kegiatan  komunikasi, Kemampuan untuk mengembangkan hubungan dalam kegiatan komunikasi personal, Kemampuan untuk mengerti bagaimana  kepercayaan, nilai dan sikap berpengaruh untuk memformulasikan dan menerima pesan komunikasi,Â
Keinginan untuk menggunakan seluruh pengetahuan dan persepsi diberbagai kegiatan komunikasi. Dengan demikian untuk menumbuhkan suasana berkomunikasi yang baik dan kondusif dikala proses belajar mengajar berlangsung, diharapkan para pengajar memberikan ketulusan, pengajar baik guru maupun dosen merupakan orangtua kedua bagi siswa maupun mhasiswa, karena tersebut maka diperlukan ketulusan dalam membimbing dan memberikan materi ketika proses belajar mengajar berlangsung. akan sangat terasa perbedaan antara pengajar yang hanya sekedar memberikan materi dan pengajar yang memang benar benar tulus memberikan pengetahuan bagi anak didiknya.Â
Selanjutnya diperlukan pula antusiasme, jikalau pengajarnya hanya sekedar saja memberikan bahan ajaran, maka peserta didiknya pun akan sekedar pula dalam menanggapi, akan berbeda ketika dosen mengajar dengan antusias dan memberikan suasana ceria, maka mahasiswa pun akan tertular antusiasme tersebut. Dosen pun kadang harus extra sabar menghadapi mahasiswa semester 1 dan 2, karena mereka masih membawa kebiasaan belajar mereka ketika semasih duduk di bangku SMA/SMK. Disini mereka harus diajarkan dari dasar, bagaimana model pembelajaran mahasiswa, yang berbeda dengan model pembelajaran mereka sewaktu masih SMA/SMK.Â
Dimulai dari mengajarkan bagaimana membuat opini sendiri, bukan copy paste melalui google, mengajukan saran yang kritis sesuai dengan apa yang tengah terjadi. Terlihat sederhana, namun perlu usaha extra ketika mengajarkan sesuatu yang baru pada peserta didik. Mahasiswa kerap kali tidak mau bertanya ataupun memberikan masukan karena mereka takut dianggap tidak mampu oleh teman-temannya, selain itu mereka juga takut jika pendapat yang mereka ajukan tidak diterima oleh dosen Pengajarnya. Â Setiap pengajar pasti memiliki karakternya masing-masing, mengingat setaip orang memiliki kepribadianyang berbeda beda.Â
Ada banyak sekali tipe-tipe dosen yang mungkin akan kita jumpai. Dosen pengajar kita mungkin orang yang santai. Dia mungkin sangat lucu. Dia mungkin sangat lembut ketika berbicara. Seorang dosen bisa menjadi ekstrovert atau introvert, berpikiran terbuka atau otoriter, akrab atau formal. Mereka mungkin percaya diri, canggung, atau berhati-hati. Bisa jadi juga mereka masih gugup di depan kelas meskipun telah berpengalaman 20 tahun dalam mengajar. Kembali lagi, karakter setiap orang itu berbeda beda dan beragam, ada baiknya kita juga harus pandai pandai memahami karakter dosen pengajar agar terjalin suasana yang baik.Â
Dari semua hal itu,jangan pernah melupakan etika ketika berbicara dengan dosen. Meskipun usianya masih muda atau bagaimana, beliau tetaplah dosen pengajar bagi kita. Meskipun sedang dalam suasana daring, etika berbicara masih sangat penting untuk diterapkan. Mengucapkan salam ketika kelas akan dimulai, memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum bertanya kepada dosen. Dimana pun dan kapan pun etika ketika berbicara sangatlah penting utnuk diterapkan. Selain dosen, mahasiswa pun harus dituntuk untuk aktif dan kreatif agar tercipta kolaborasi yang menghidupkan suasana kelas. Tidak hanya dosen pengajar, tapi peran mahasiswa pun dianggap tidak kalah penting utnuk membangun suasana kelas yang lebih hidup.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI