Di era persaingan global yang semakin ketat, dunia kerja menuntut individu tidak hanya memiliki keterampilan teknis, tetapi juga kemampuan untuk memasarkan diri dengan cara yang efektif. Personal branding menjadi salah satu kunci utama untuk memenangkan persaingan ini, terutama bagi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang dirancang untuk siap terjun ke dunia kerja. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka di kalangan lulusan SMK masih tinggi, salah satunya karena kurangnya pemahaman dan pengelolaan personal branding yang baik. Hal ini menjadi perhatian dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang diadakan di SMKS Bina Cendika YPK, Malang, oleh tim dari Universitas Negeri Malang. Â Kegiatan yang berlangsung pada 17 Desember 2024 ini dirancang untuk memberikan pembekalan kepada siswa mengenai cara membangun personal branding yang kuat dan relevan. Melalui pendekatan interaktif berupa ceramah, diskusi, dan sesi tanya jawab, delapan siswa jurusan perhotelan diberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya personal branding dalam proses rekrutmen kerja. Para pemateri menjelaskan bahwa personal branding bukan hanya sekadar membangun citra, tetapi juga cara menonjolkan nilai, kepribadian, dan keterampilan yang dimiliki untuk menarik perhatian pemberi kerja. Salah satu fokus utama adalah bagaimana personal branding dapat diterapkan dalam tahap krusial, seperti melamar pekerjaan dan menghadapi wawancara kerja. Â
Hasil dari kegiatan ini menunjukkan dampak yang signifikan terhadap pemahaman siswa. Sebelum kegiatan dimulai, hanya 60% siswa yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar pada tes awal (pre-test). Namun, setelah mengikuti sesi, jumlah tersebut meningkat menjadi 87,5% pada tes akhir (post-test). Hasil ini menunjukkan bahwa materi yang disampaikan berhasil meningkatkan kesiapan siswa untuk menghadapi tantangan dunia kerja. Selain itu, sesi tanya jawab memberikan ruang bagi siswa untuk menyampaikan kegelisahan mereka, seperti bagaimana memulai karier tanpa pengalaman kerja. Pemateri menjawab dengan menekankan pentingnya menonjolkan kelebihan diri, seperti keterampilan interpersonal atau proyek yang pernah dikerjakan selama di sekolah. Â
Meski kegiatan ini berjalan sukses, beberapa kendala masih ditemukan, seperti minimnya jumlah peserta yang hadir akibat waktu pelaksanaan yang berdekatan dengan ujian akhir. Selain itu, beberapa siswa membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami materi karena keterbatasan pengalaman sebelumnya. Kritik dan saran yang diterima dari peserta juga mencakup harapan agar materi yang disampaikan lebih bervariasi dan sesi ice breaking diperpanjang untuk menciptakan suasana yang lebih segar selama pelatihan. Â
Melalui program ini, diharapkan para siswa SMK dapat lebih percaya diri dan siap bersaing di dunia kerja dengan personal branding yang kuat. Personal branding bukan sekadar alat untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi juga investasi jangka panjang yang membantu individu mencapai kesuksesan di karier profesional. Dengan kegiatan serupa yang terus diadakan, diharapkan lulusan SMK tidak hanya menjadi tenaga kerja produktif, tetapi juga mampu menciptakan nilai tambah yang membedakan mereka dari kandidat lain, sekaligus menekan angka pengangguran di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H