Mohon tunggu...
Adhitya Tri Arifianto
Adhitya Tri Arifianto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ada kalanya menjadi pribadi bodoh dan yang paling bodoh untuk menjadi seorang yang pintar dan cerdas

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dimanakah Koperasi Mahasiswa (KOPMA) Universitas Jember?

26 Juli 2014   06:42 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:12 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14063065161307293038

Sebagai mahasiswa yang baik harusnya kritis terhadap lingkungan sekitar, termasuk lingkungan kampusnya sendiri. Saya tak tahu siapa yang membuat teori tentang mahasiswa tersebut yang saya tahu kalimat tersebut memang ada benarnya, dan yang pasti memang familiar bagi saya sebagai mahasiswa.
Ketika saya pertama kali menjadi seorang pelajar, mulai dari SD, SMP, sampai SMA saya selalu menemui toko kecil dimana toko itu adalah toko utama tempatku dan teman-temanku membeli sesuatu yang lebih murah, lebih banyak isinya produk-produk yang berkaitan dengan belajar mengajar entah itu bolpoint, pensil, atau bahkan kaos kaki untuk sekolah (dulu). Sebut saja itu adalah koperasi siswa. Ketika saya beranjak menjadi mahasiswa saya pun masih berfikiran sama dengan ketika saya mengalaminya di tingkat SD, SMP, dan SMA. Karena sudah bukan siswa lagi dan nama jabatan kecilnya sudah berganti menjadi mahasiswa maka tempatnya bukan juga berganti, koperasi mahasiswa, singkat saja menjadi KOPMA.
Saya mahasiswa universitas jember. Satu-satunya univerisitas negeri yang ada di karisedenan besuki. Tidak ada universitas negeri lain yang ada lagi selain universitas jember adapun itu berupa politeknik yang setingkat dengan universitas. Sebagai satu-satunya universitas negeri di daerah tapal kuda (jember-bondowoso-situbondo-banyuwangi) universitas jember memanh terlihat begitu besar dan begitu "keren", dasarnya memang tak punya pesaing. Tapi bukan berarti universitas jember tidak mempunyai kekurangan.
Beberapa hari lalu, saya sempat berbincang-bincang dengan teman "ngopi" saya di sebuah warung kopi kecil yang tak jauh dari kampus saya, ya universitas jember. Perbincangan yang tadinya hanya membahas "cewek", maklum namanya juga cowok, sampailah pada topik kecil tapi menurut saya itu penting, topik kampus saya sendiri, universitas jember.
Dari awalnya membicarakan tentang kantin-kantin yang ada di kampus akhirnya sampailah pada kata "KOPMA". Berbincang panjang lebar tentang kopma akhirnya keluarlah inspirasi ingin menulis tentang kopma yang saya harap akan dibaca oleh rektor kampus saya sendiri, Bapak Hasan.
Kembali lagi pada fungsi paling dasar koperasi untuk pelajar. Sepengetahuan bodoh saya, yang saya tahu koperasi pelajar (baca; siswa) adalah tempat dimana mereka dapat membeli kebutuhan-kebutuhan belajar mereka dengan harga yang lebih murah atau "miring". Tapi karena pada saat ini saya menulis tulisan ini ketika saya sudah menjadi mahasiswa, bahkan sudah ingin menjadi alumninya, maka saya menempatkan koperasi ini pada tupoksi mahasiswa. Koperasi mahasiswa yang saya ketahui, adalah tempat bagi mahasiswa untuk menuangkan ide-ide kreatifnya di tempat tersebut dan ouputnya adalah berupa kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh mahasiswa, selain itu kopma juga merupakan sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa dimana nantinya bisa menjadi ajang kompetisi bagi mahasiswa itu sendiri untuk menjadi wirausaha muda dan menjadi bekal nantinya ketika sudah menjadi sarjana atau lebih. Disini kemudian muncul pertanyaan yang membuat saya kembali bermimpi ke masa-masa awal menjadi mahasiswa. Karena, ketika itu saya masih melihat ada tulisan KOPMA yang cukup besar di lingkungan sekitar kampus saya, namun sudah "tutup" dan sekarang sudah menjadi  bank KCP kampus saya.
Disini yang membuat saya bingung, apakah kampus sebesar universitas jember tidak mampu membangun (kembali) kopma? Bangunan yang besarnya tidak akan lebih besar dari gedung-gedung mewah yang sudah berdiri saat ini. Aneh tapi nyata, kampus universitas jember mampu membangun gedung-gedung besar, tapi sampai saat ini saja, kopma universitas jember itu tidak ada. Padahal, bila saja (mau) membangun kopma dengan besaran yang tidak akan memakan lahan begitu luas, saya yakin bahwa mahasiswa universitas jember akan menjadi lebih kreatif lagi dalam mengembangkan bakatnya. "Loh mas, lahannya memang ada?". Jelas ada. Kita sisir dari pintu depan universitas jember, di samping gedung menwa saja ada lahan kecil yang jelas-jelas kosong dan tak terpakai, terpakai tapi untuk anak-anak kecil bermain bola setiap sorenya, itupun kalau ada anak kecilnya. Di depan fakultas ilmu sosial dan politik itu juga ada lahan kosong yang tak terpakai, tapi dipakai kambing-kambing untuk mencari rumput sebagai penahan rasa laparnya. Dijalan menuju fakultas teknik pun juga terdapat lahan kosong yang tak terpakai, sementara lainnya juga masih banyak, lihat di samping fakultas farmasi, atau di depan masjid universitas jember yang berhimpitan langsung dengan fakultas pertanian pun sebenarnya bisa.
Saya heran saja dengan keanehan ini. Entah karena apa universitas jember tidak mempunyai kopma seperti universitas-universitas lainnya. Padahal, dengan adanya kopma jelas akan sangat menguntungkan bagi pihak universitas sendiri maupun mahasiswa khususnya pada aspek ekonomi sendiri. Selain itu, dengan adanya kopma, setidaknya, pelaku kampus seperti pak satpam, mahasiswa bahkan mungkin dosen, ketika ditanya tamu atau sanak saudaranya yang berkunjung ke universitas jember "kantin unej dimana ya?" Setidaknya tidak akan bingung menjawab. Karena saat ini, kantin-kantin itu sendiri terbagi dalam setiap fakultas yang ada di universitas jember. Jadi, kalau di tanya dengan pertanyaan seperti itu akan menjawab dengan bingungnya. "Dimana ya, disini kantinnya setiap fakultas". Haruskah tamu-tamu itu mengunjungi setiap fakultas? Alangkah indahnya kalau ada kopma, bukan?
Saya rasa pihak kampus sendiri bukan tidak mampu, karena dulu pun sudah ada kopma, ya kan? Artinya, kalau pun ingin ada kopma (lagi), sudah ada pedoman terdahulu. Saya sendiri tidak tahu sama sekali mengapa kopma terdahulu justru hilang di telan Bank. Tapi saya rasa, tidak ada ruginya sama sekali kalau pun kopma kembali di bangun dan dikembangkan lagi.
Semoga tulisan ini sampai di telinga rektor terhormatku Bapak Hasan. Terima Kasih
24 Juli 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun