[@AdhityaTri20]
Selamat pagi tweeps, selamat pagi mahasiswa, selamat pagi pengguna twitter. Beberapa ucapan yang sering saya kicaukan di media sosial yang bernama twitter. Ya, saya adalah salah satu dari jutaan orang di dunia ini yang sudah ketagihan apa itu yang dinamakan twitter. Pada awalnya sama, iya sama seperti pertama kali saya menggunakan dan belajar bermain facebook. Membosankan, membingungkan, tapi akhirnya ya ketagihan juga. Tercatat di ingatan saya, saya mulai menggunakan twitter di tahun 2011 di bulan 11 dan di tanggal 11. Saya tidak merencanakan semua itu tapi saya baru menyadari beberapa waktu ini. Pada mulanya saya menggunakan twitter hanya untuk menuliskan apa yang saya rasakan, entah itu tentang hati atau pikiran-pikiran saya. Beranjak dari situ saya mulai berkicau tentang pengetahuan-pengetahuan yang tidak jauh-jauh dari ilmu sosial atau filsafat. Maklum, ketika itu saya dan beberapa teman saya sedang digandrungi wabah ilmu yang sedemikian rupa. Beberapa waktu oun berlalu, saya mulai bosan bosan dan bosan menggunakam twitter. Pada dasarnya twitter sebenarnya memang membosankan sekali. Dengan tampilan yang hanya begitu-begitu saja, terbatasi dengan 140 karakter saja dan itu pun akan ramai kalau kita sendiri yang membuat ramai, terkecuali kalau memang kita mempunyai banyak pengikut, atau followers di twitter kita. Setelah sekian lama saya merasa bosan, saya berkicau hanya seperlunya saja dan itu pun isi status atau kicauan saya tidak semenarik dan tidak semeriah beberapa waktu lalu. Dan akhirnya, titik bosan datang untuk kesekian kalinya, singkatnya, akun saya menjadi banyak kotoran-kotorannya karena lebih sering menganggur begitu saja.
Sekian hari saya menganggur di dunia per-twitteran akhirnya muncul ide yang asalnya entah dari mana asalnya saya juga tidak tahu. Akhirnya, saya membuat akun baru. Akun ini bukanlah akun pribadi saya, akun ini lebih saya jadikan sebagai akun anonim atau aku publik. Banyak pelajaran yang saya dapat dari sini. Di mulai dari sini saya mulai mempunyai nafsu birahi kembali dengan 140 karakter burung biru ini. Namun, akun anonim yang saya pegang ini belum mempunyai konteks atau jangkauan yang besar. Alasan saya sangat logis tentang konteks ini. Hal ini dikarenakan saya masih belajar menjadi seorang admin yang memang baik dikatakan dalam dunia sosial media ini sendiri. Konteks yang saya ambil masih dalam lingkup fakultas dimana tempat saya menimba ilmu. Lebih tepatnya di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik di universitas jember. Berbulan-bulan saya mengumpulkan banyak followers dan berbulan bulan pula banyak kata banyak kalimat yang saya kicaukan di media sosial ini.
Pelajaran pertama yang saya dapat dari twitter sudah jelas, menjadi satu dengan orang yang tidak saya kenal, tidak pernah bertemu dengan saya, dan mulai berjabat tangan di dunia nyata. Hal yang katanya mudah tapi ternyata tidak banyak yang bisa menjalaninya dengan mudah. Setelah sekian lama menjadi pemegang admin dari akun anonim ini saya kembali mulai bosan. Entahlah, saya begitu mudah bosan dengan 140 karakter ini. Akhirnya, lagi-lagi, saya anggurkan akun ini beberapa waktu.
Oke, setelah cukup lama saya tinggalkan dunia twitter saya kembali lagi dengan yang baru dan setelah banyak belajar dari akun anonim yang lama tadi, saya mulai berani menjadi admin akun anonim yang mempunyai ruang lingkup cukup besar. Yaps, jawa timur lingkupnya. Saya disini membawa nama mahasiswa jawa timur sebagai akun anonim yang kedua yang saya jalankan. Dari sini saya mulai belajar lebih banyak lagi dalam dunia per-twitteran ini. Selain dikarenakan lingkupnya lebih besar, tapi juga dikarenakan ada peluang bagi saya pribadi untuk mencari tambahan uang saku saya. Saya begitu bersemangat mencaro banyak followers dan juga begitu semangat mengicaukan 140 karakter di akun anonim ini. Belum genap satu bulan saya sudah mempunyai lebih dari 5rb followers. Hal ini membuatku semakin tambah semangat menjalani kebiasaan ini. Dari sini saya mendapatkan banyak teman banyak relasi dan banyak sahabat dari luar dan dalam daerah jember atau banyuwangi sekali pun. Selain itu, dari sinilah saya mulai menjadi buzzer (baca: promosi iklan twitter) yang saya komersilkan jelasnya. Setidaknya saya dari sini sudah mulai bisa menutupi kekurangan-kekurangan saya khususnya di bidang ekonomi saya. Hal terakhir yang membuat saya berkesan dari dunia maya ini adalah dimana saya mempunyai banyak orang yang tentunya membenci saya sekaligus akun saya. Entah itu mengolok-ngolok saya ataupun meneror saya sekalipun itu sudah banyak sekali. Dari sini saya mulai menyadari bahwa untuk menjadi besar perlu juga orang yang cukup banyak membenci saya.
Yang terakhir dari tulisan ini, tentu ucapan terima kasih saya kepada teman sekaligus saudara saya Agus Sakti yang banyak memberikan pelajaran sekaligus ilmu yang entah nilainya berapa. Maaf lebay sedikit!
Adhitya Tri A.
10 Maret 2014
JEMBER
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H