Mohon tunggu...
Adhitya Ramadhan
Adhitya Ramadhan Mohon Tunggu... Buruh - Blogger

Sudah jadi Blogger sejak 2012, tapi masih anak kemaren sore kalau di platform Kompasiana. 𝐈𝐧𝐟𝐨 𝐋𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐋𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩: https://adhitya.jiaara.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Angkringan, Restoran Bintang Lima dengan Kaki Lima?

31 Mei 2022   19:35 Diperbarui: 31 Mei 2022   19:39 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angkringan Sekitaran Patung Tembak Tipes(Dokumentasi Milik Teman. Instagram / @dimaswf123 )

Mungkin terdengar hiperbola, namun saya sendiri mengakui itu.

Bagi yang belum tahu, Angkringan adalah sebuah gerobak dorong untuk menjual berbagai macam makanan dan minuman yang kebanyakan ada di pinggir jalan sekitaran Jawa Tengah maupun Yogyakarta. Untuk di wilayah se-eks Karesidenan Surakarta, angkringan juga dikenal sebagai warung hik. Angkringan biasanya beroperasi mulai sore hingga dini hari, namun tak jarang pula ditemukan angkringan yang beroperasi dari pagi hingga sore hari saja bahkan 24 jam.

Bagi Saya yang memiliki bekerja dengan penghasilan pas-pasan bahkan tak sampai UMR (hehe), saya menganggap bahwa angkringan adalah restoran berbintang lima dengan kaki lima. Pertama, esensinya sebuah tempat makan ya jelas untuk seseorang dapat mengganjal perutnya. Meski dengan uang yang seadanya, orang-orang setidaknya dapat memulihkan energinya yang sudah terkuras setelah bekerja mencari uang untuk menafkahi keluarga ataupun hanya untuk menghidupi diri sendiri. Bisa mengisi perut juga salah satu rezeki yang diberikan Tuhan kepada kita, tak semua orang bisa mengisi perut mereka karena keterbatasan bahkan tak memiliki uang sepeserpun untuk membeli makanan.

Di Angkringan dengan harga Rp. 5000–10000,-, orang sudah bisa makan dengan  minimal 2 bungkus sego kucing (nasi kucing), minuman teh maupun jeruk panas/dingin serta gorengan.  Nasi Kucing itu bukan berarti nasi bekas kucing atau nasi yang dibungkus dengan daging kucing (ya kali?), melainkan porsi nasi yang sedikit seperti porsi makanan untuk kucing. Btw, Kucing ras juga makan nasi gak sih? hehe

Kedua, Angkringan memiliki tata letak yang cukup unik, tentunya yang dimaksud adalah Gerobaknya bukan lesehannya (jika ada). Kita bisa melihat hubungan sosial antara penjual dengan pelanggan maupun pembeli yang mampir saja. Tak jarang para penjual yang sedang mengolah minuman maupun makanan juga melakukan interaksi kepada mereka yang datang menikmati apa yang dijual di Angkringan tersebut. Seperti teknik ala-ala restoran Jepang yaitu Teppanyaki. Teppanyaki berarti restoran Jepang dengan masakan yang diolah di atas plat metal (teppan) di tengah meja sehingga pengunjung bisa melihat prosesnya langsung.

Bak agen rahasia yang sedang menyamar menjadi koki, Si penjual Angkringan juga terkadang memiliki informasi-informasi yang belum kita ketahui sebab ia mungkin juga telah mendengar berbagai hal dari para pelanggannya yang datang. Maka, tak mengherankan jika seseorang bisa betah berlama-lama nongkrong di angkringan. Tapi sebagai pembeli kita harus tahu diri, Kalau jajan cuma habis tiga ribu (segelas es teh), ya mohon jangan terlalu lama, gantian dengan yang lain. Kasihan juga pemilik angkringan dagangannya tidak laku gara-gara kita terlalu lama nongkrong disitu hingga membuat calon pembeli enggan datang.

Tak terhitung berapa kali jumlahnya, Saya dan para teman-teman saya menjadikan Angkringan sebagai titik kumpul. Walaupun kebanyakan teman-teman berada di ekonomi jauh di atas saya. Ketika kami sudah duduk melingkar maupun berjejer seperti orang yang sedang upacara, saya tidak pernah melihat maupun merasakan bahwa kami berbeda. Ngobrol santai tanpa adanya jaim bersama merekalah yang menjadi kegiatan yang mahal harganya dan tidak bisa dibayar dengan uang. Jujur, Saya lebih nyaman nongkrong di Angkringan ketimbang Coffe Shop seperti starbuck ataupun sejenisnya. Bukan karena uang, kalau uang kan bisa dicari. Misalkan dengan harga 25–40k Saya masih mampu. Yang membuat tidak nyaman adalah saya bukan penikmat maupun pecinta kopi. Kena kopi dikit perih ini lambung. Untungnya minum kopi sachetan masih aman kok.

Dan itulah alasan mengapa saya sangat menyukai angkringan...

**Tulisan ini hasil revisi dari cerita yang sama namun berbeda platform

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun