Mohon tunggu...
Adhitya Herwin Dwiputra
Adhitya Herwin Dwiputra Mohon Tunggu... -

Alumni Pertanian Universitas Gadjah Mada Wakil Presiden Ikatan Mahasiswa Agronomi UGM 2012 Senat Mahasiswa UGM 2013 Presiden Mahasiswa BEM KM UGM 2014 Penggiat "Personal Blog Aku Petani Indonesia"

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kendalikan Hama Tanaman Dengan Tepat

23 November 2015   10:33 Diperbarui: 8 Februari 2017   10:15 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dalam proses budidaya tanaman hortikultura (buah dan sayur-sayuran) tidak pernah terlepas dari yang namanya organisme pengganggu tanaman (OPT) yang membuat resah para petani yang melakukan kegiatan pertanian, karena dampak dari serangan organisme pengganggu tanaman ini mampu merugikan petani secara ekonomi. Rata – rata penurunan produksi pada suatu hamparan pertanian dan perkebunan di dunia khususnya di Indonesia masih disebabkan karena serangan hama dan penyakit. Hal ini yang mendorong para petani terus melakukan penggunaan pestisida untuk menjaga sayuran dan buahan mereka agar tetap terbebas dari organisme pengganggu tanaman sampai masa panen tiba. Perilaku petani yang tidak mampu mengontrol penggunaan pestisidalah yang menjadi masalahnya, sebagai contoh adalah pengaplikasian pestisida pada perkebunan apel yang dilakukan secara rutin hingga sebelum panen, hal ini menyebabkan tingkat kandungan residu yang menempel pada tanaman apel menjadi tinggi, buruknya lagi saat melakukan ekspor apel untuk keperluan  ekspor, komoditas tersebut ditolak oleh negara-negara importir dengan alasan kandungan residu yang tinggi, persoalan ini yang menyebabkan kerugian untuk para eksportir buah dan sayur.

Berbagai macam penelitian telah dilakukan di Indoenesia akan bahayanya dampak dari mengkonsumsi sayur dan buahan yang memiliki residu tinggi. Pestisida dalam tubuh manusia dapat bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker.Dampak lain yang ditimbulkan dapat berupa mual,pusing, gangguan saraf, gangguan kulit dan kelainan hormon. Menurut pustaka yang saya baca mengenai bahan aktif yang terkandung didalam pestisida yang sangat berbahaya bila ter-akumulatif didalam tubuh manusia, antara lain :-  Asefat beresiko menyebabkan kanker, mutasi gen, kelainan alat reproduksi.-  BHC beresiko menyebabkan kanker, beracun pada alat reproduksi.-  DDT beresiko menyebabkan Cacat lahir, pengaruh kronis.-  Kaptan beresiko menyebabkan kanker, mutasi gen..-  Klorotalonil beresiko menyebabkan kanker, keracunan alat reproduksi.-  Klorprofam beresiko menyebabkan kanker, mutasi gen, pengaruh kronis.
Persoalan residu pestisida sebenarnya sudah berkembang dari sejak beberapa puluh tahun yang lalu, maraknya di Indoensia sekitar 10 tahun belakangan, puluhan hingga ratusan eksportir buah dan sayur gulung tikar akibat masalah residu ini, tidak dapat dipungkiri politik dagang pada negara tujuan juga sebagai salah satu penyebabnya.Seiring perkembangan dan berjalannya waktu dan arus zaman, upaya-upaya dalam menurunkan kandungan residu  terus dikembangkan dan dilakukan.Pencanangan pertanian organik sedang marak dibicarakan karena mampu menurunkan kadungan residu pada sayur dan buahan, lalu dengan metode pertanian hidroponik yang menggunakan air dan nutrisi buatan sebagai medianya, dan tidak ada penggunaan pestisida sama sekali dalam proses budidaya.
Untuk memperjelas apakah masih adanya penggunaan pestisida yang tidak terkendali saya melakukan wawancara dengan pemilik serta pengelola perkebunan buah naga di dua lokasi yang berbeda, yang pertama saya melakukan wawancara dengan salah satu pemilik perkebunan buah naga di kabupaten Sleman  dan lokasi kedua saya melakukan wawancara dengan pengelola perkebunan buah naga di kabupaten Kulonprogo.
Dari hasil wawancara dapat saya simpulkan bahwa ada kemajuan dalam pola berfikir dan pola kerja para penggiat perkebunan buah naga di masa sekarang, menurut salah satu artikel yang saya baca bahwa sistem budidaya tanaman buah naga di Indonesia masih didominasi dengan pengaplikasian bahan kimia baik dalam pemupukan dan pengendalian OPT, tetapi menurut hasil wawancara di dua lokasi yang berbeda keduanya tidak menggunakan pestisida dalam pengendalian dan pembasmian OPT di lahannya. Memang benar bahwa adanya serangan hama dilokasi perkebunan mereka, sebagai contoh di perkebunan lahan pasir di kabupaten Kulonprogo sering ditemukan hama uret yang merusak tanaman, tetapi menurut pak Hari mereka tetap melakukan pengendalian secara mekanik tanpak bahan kimia. Karena menurutnya tanpa pengaplikasian pestisida saja kebun buah naganya belum mengalami masalah, yang terpenting adalah menjaga kebersihan kebun secara rutin, setiap hari kebersihan kebun selalu dijaga, dan apabila ada hama seperti uret selagi masih bisa dikendalikan dengan hand picking maka tidak perlu dengan pengaplikasian pestisida.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun