Mohon tunggu...
Adhita DyahAnggraini
Adhita DyahAnggraini Mohon Tunggu... Guru - Ibu dan Pendidik AUD

Saya adalah seorang ibu dengan 2 orang anak yang memilih profesi pendidik sebagai jalan hidup, mengamati dan mempelajari dunia pendidikan anak yang seolah tidak pernah habis untuk dipelajari, selalu berhasil memompa semangat saya untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pandemi dan Social Emotional Learning pada Anak Usia Dini

30 Maret 2021   11:47 Diperbarui: 30 Maret 2021   14:22 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                Pandemi covid-19 yang telah kita jalani lebih dari satu tahun ini menjadi alasan utama yang “memaksa” seluruh pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan untuk bertransformasi dengan sangat cepat dalam menjalankan peran-perannya. Tak terkecuali dalam pendidikan anak usia dini, guru terlebih lagi orang tua dipaksa untuk segera beradaptasi dalam mendampingi proses tumbuh kembang anak-anak ini. Keputusan pemerintah yang tertuang dalam SE Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020, yang dikeluarkan pada tanggal 24 Maret 2020 lalu, mengharuskan seluruh jenjang pendidikan di Indonesia untuk melakukan proses pembelajaran daring dari rumah. Dampaknya bahkan masih dirasakan hingga saat ini oleh para pendidik, utamanya orang tua. Pembelajaran yang hanya bisa dilakukan secara virtual membuat para guru terus berupaya mengeksplorasi cara-cara kreatif yang bisa dilakukan dengan segala keterbatasan yang ada.  Tantangan bagi orang tua pun tidak kalah dengan yang dihadapi para guru. Pandemi ini mengembalikan fitrah pendidikan dimana orang tua adalah pendidik anak yang pertama dan utama. Orang tua dituntut untuk mengambil peran utama dalam pendidikan anak-anaknya disamping peran-perannya yang lain.

                Blessing in disguise, mungkin idiom itu sangat tepat menggambarkan kondisi pendidikan saat ini. Di balik segala kesulitan dan tantangan yang dihadapi, perlu disadari bahwa banyak sekali hikmah yang dapat dirasakan dengan adanya pandemi ini. Salah satunya adalah kondisi ekstrim yang kita hadapi ini justru menjadi momentum bagi anak kita untuk mengenal social emotional learning (SEL).

Dikutip dari www.casel.org, SEL merupakan proses dimana  anak-anak bahkan orang dewasa mendapatkan dan mengaplikasikan pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku mereka untuk membangun sebuah identitas diri yang sehat, menangani berbagai emosi, dan mencapai tujuan personal dan kolektif, merasakan dan menunjukkan empati   terhadap orang lain, memperkuat dan memelihara hubungan yang saling mendukung, dan membuat keputusan.

            Merujuk pada pengertian di atas, bahwa kemampuan seseorang dalam mengembangkan ketrampilan sosial emosional adalah sebuah proses yang berkelanjutan, bahkan dimulai sejak anak-anak. Persaingan dan tantangan yang kita hadapai saat ini dan yang akan dihadapi oleh anak-anak kita di masa depannya kelak, menuntut sebuah perkembangan sosial emosional diri yang matang. Dengan begitu seorang individu akan survive dalam menghadapi masa-masa sulit yang mungkin harus dihadapinya.

Sumber yang sama juga menyebutkan bahwa framework SEL terdiri dari 4 hal, yaitu :

  • Self awareness
  • Self management
  • Social awareness
  • Responsibility decision making
  • Relationship skill                                                                                            

Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah, bagaimana orangtua memperkenalkan SEL pada anak-anaknya di masa pandemi ini, sedangkan interaksi sosial sangat dibatasi di masa ini?. Kembali lagi, dibalik kesulitan pasti selalu ada insight yang bisa didapatkan. Tuhan YME telah menggariskan bahwa dunia akan mengalami pandemi ini, Tuhan ingin kita belajar sesuatu.

            Para orangtua hebat, dalam artikel ini, penulis ingin membagikan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk memperkenalkan anak pada SEL selama masa pembelajaran daring.

  1. Papan Perasaan                                                      Siapkan selembar kertas ukuran besar, gambarkan beberapa ekspresi wajah yang berbeda-beda, seperti senang, sedih, marah, takut, terkejut, bosan , dan lain sebagainya. Tempelkan di samping meja belajarnya, dan ajak anak untuk mengenali perasaannya setiap akan mulai belajar dan setelah belajar. Orangtua dapat membatu anak untuk mengidentifikasi tentang apa yang dirasakannya, bahkan dapat juga membahas hal-hal yang dapat membuat mereka merasakan perasaan tersebut. Hal ini membantu anak untuk menyadari dan peduli dengan diri dan perasaannya (self awareness)
  2. Role Play                                                                    Cara ini adalah yang paling mudah dan menarik untuk dilakukan orangtua bersama anak. Orangtua dapat menggunakan berbagai objek seperti boneka, miniatur tokoh, bahkan miniatur hewan kesukaan anak, untuk mengangkat tema tertentu. Sebagai contoh, orangtua dapat membahas tentang beberapa kejadian khusus yang terjadi selama proses pembelajaran, misalnya saat ada temannya yang menangis saat pembelajaran daring, orangtua dapat menggunakannya sebagai tema cerita, gali bagaimana perasaan anak melihat ada temannya yang bersedih, dan apa yang bisa dia lakukan saat melihat temannya bersedih. Bahkan orangtua dapat juga membahas dengan anak, apa yang akan anak lakukan saat merasa sedih bagaimana anak mengendalikan kesedihannya. Melalui permainan ini, anak akan belajar mengenai self management dan social awareness.
  3. Read Aloud                                                                Membaca cerita bersama anak, merupakan salah satu kegiatan bermanfaat yang bisa dilakukan untuk menstimulasi SEL pada anak. Orangtua dapat memilih buku-buku menarik dengan tema-tema yang sesuai dengan hal yang ingin diperkenalkan pada anak. Misalnya tema tentang persahabatan, yang dapat membuat anak memahami tentang bagaimana caranya membangun sebuah hubungan yang positif dengan teman (relationship skill). Orangtua juga dapat membuat cerita sendiri sesuai dengan tema yang ingin disampaikan, misalnya dengan tema pembiasaan baru. Orangtua dapat mengangkat hal-hal yang terjadi di sekitar anak, sebagai contoh tentang kenapa kita perlu melakukan 4M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan). Apa dampaknya untuk diri, orang lain dan lingkungan jika kita tidak melakukan pembiasaan baru ini. Anak akan belajar tentang responsible decision making dari sini.

                Social emotional learning menjadi kunci bagi anak dan orangtua survive melewati masa pandemi ini. Terlepas dari akan menjadi seperti apa proses pembelajaran anak-anak kita pada tahun ajaran depan, dengan SEL orangtua dan anak akan belajar bersama-sama mengikis semua kecemasan, ketakutan, dan ketidakjelasan di masa mendatang.             

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun