Purworejo - Bima Ghani Adhipramana seorang pemuda yang masih berumur 18 tahun merintis usaha jamur tiram di Desa Golok, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah di saat pandemi covid-19 melanda.Â
Mahasiswa semester 1 Universitas Negeri Yogyakarta jurusan Pendidikan Teknik Otomotif ini menunggu kuliah offline dengan mencoba merintis usaha jamur tiramnya di pertengahan tahun 2021. Bima Ghani Adhipramana merangkap juga sebagai manajer utama dan manajer pemasaran di usahanya itu.Â
Bima bercerita awal mula merintis usaha yang menurutnya kecil ini karena memang pure sembari menunggu kuliah offline yang mana sudah hampir dua tahun belum pernah dilaksanakannya. Selain itu ia beralasan juga sebab dirinya ini memulai usaha jamur tiram karena untuk meningkatkan pendapatan keluarga dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kampungnya.Â
Tujuan lainnya karena dia berfikir melalui upaya budidaya jamur tiram maka limbah industri pengolahan kayu dapat dimanfaatkan sehingga dapat menjaga kelestarian lingkungan hidup.Â
"Awal mula saya merintis usaha jamur ini ya sebenarnya murni karena menunggu kuliah offline, tetapi saya pikir-pikir lagi wah kalau berhasil bisa dapat penghasilan sendiri terus bisa bantu keluarga. Akhirnya saya juga mengajak teman-teman untuk ikut merintis usaha jamur tiram ini," kata Bima di Desa Golok, Kecamatan Banyuurip.Â
Bima membudidayakan jamurnya di lahan kosong belakang rumahnya, kemudian ia membangun tempat untuk meletakkan jamur-jamur tiramnya yang mana ia menyebutnya dengan sebutan gubuk. Dengan menggunakan bambu sederhana dan disusun sedemikian rupa yang mana menyerupai rak-rak. Bima pun menjelaskan mengenai tempat jamur tiramnya dibudidayakan.Â
"Untuk memulai saya menggunakan lahan halaman belakang rumah yang kosong dan membangun gubuk dengan biaya pembuatan ya sekitar 450.000 rupiah, ini masih tergolong murah karena saya dan teman-teman menggunakan barang bekas juga. Nah kalau tempat jamurnya pakai plastik lalu diisi dengan  baglog," ucap Bima sebagai pendiri usaha jamur tiram ini.Â
Lalu kenapa Bima memilih usaha jamur tiram?Â
Bima menjawab karena menurutnya budidaya jamur tiram ini memiliki prospek ekonomi yang baik dan tidak rumit pembudidayaannya, serta modal yang dikeluarkan pun terjangkau. Dia menganggap usaha kecil-kecilan jamur tiramnya sebagai media pembelajarannya dalam memasuki dunia bisnis. Harapan Bima untuk produk jamur yang sedang dikembangkannya adalah jamurnya dapat menghasilkan kualitas yang baik dan layak dikonsumsi.Â
Prospek pasarnya pun dikatakan baik dan target pasar yang Bima targetkan pada awal-awal ia merintis usahanya yaitu difokuskan pada pasar online, pasar tradisional dan media sosial. Bima memasarkannya melalui agen, baik dalam skala besar maupun kecil yang selanjutnya dikirim ke berbagai wilayah di Purworejo, dia juga memasarkan jamur tiramnya ke pasar di daerahnya yaitu Pasar Golok karena peminatnya yang sangat tinggi, lalu yang terakhir ia pasarkan ke online shop.Â
"Saya memasarkannya ya pertama kalinya seperti ke Pasar Golok, karena selain penduduknya peminat jamur tiram, ya karena di Desa Golok ini penduduknya memiliki ekonomi kebawah jadi jamur tiram sendiri dikonsumsi sebagai pengganti daging," kata Bima sebagai pendiri usaha jamur tiram ini.Â
Bima memulai usahanya ini bersama teman-temannya dengan modal Rp 1.000.000. Dalam kurun waktu tahun 2021 sampai dengan 2022 difokuskan pada pemantapan produksi, agar produknya lebih dikenal diseluruh lapisan masyarakat. Strategi marketing yang dilakukan Bima dalam usaha jamur tiramnya ini melalui blog-blog di internet dan media sosial mengenai profil usaha dan marketingnya. Bima juga mengatakan "Manajerial yang kami lakukan memang masih sederhana, namun sudah lebih terkonsep dan penih strategi, sedangkan pendataan administrasi dan keuangan sudah terkomputerisasi. Sehingga sudah lebih tertata rapi lah dan terpilah antara keuangan keluarga dan usaha," ucap perintis usaha jamur ini.Â
Untuk kedepannya Bima berharap melalui usahanya ini dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang-orang Desa Golok guna mengurangi pengangguran. Bima sebagai wirausahawan berkata bahwa dia tidak akan membiarkan usaha yang telah dibangunnya berjalan secara mendatar.Â
"Kami akan terus mencoba memperbaiki kualitas pekerjaan kami, agar para peminat jamur tiram dan konsumen puas atas jamur yang kami budidayakan. Soalnya kalau kualitas dari jamurnya tidak ditingkatkan kemungkinan besar usaha ini tidak akan maju dan ya bakal terancam bangkrut," kata Bima.Â
Walau bagaimanapun juga nantinya Bima mengatakan ia akan tetap optimis bahwa usaha yang dibangunnya akan berkembang dan akan mencapai keberhasilan walau melalui proses sedikit demi sedikit Bima dapat belajar dari itu semua.Â
"Ya namanya juga berproses, sedikit demi sedikit aja gapapa, dan juga pasti naik turun, saya sadar sekali kalau usaha ini tidak akan langsung berkembang pesat, tapi kami akan tetap terus berjuang untuk terus menjalankan dan mengembangkan usaha jamur tiram ini," ujar Bima sebagai pendiri usaha jamur tiram di Desa Golok.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H