Mohon tunggu...
Adhi Saputra Batubara
Adhi Saputra Batubara Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Whatever Your Problem Smile

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Si Maya Gadis Si Murah Senyum

25 Juli 2023   01:25 Diperbarui: 29 Juli 2023   20:20 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest/i.pinimg.com

Pagi itu, di sebuah desa kecil yang terletak di tengah-tengah perbukitan, teriknya mentari menyinari bumi. Suara burung bernyanyi riang memecah keheningan pagi. Semilir angin sepoi-sepoi menerpa wajah-wajah yang masih terlelap tidur. Di antara rumah-rumah penduduk yang terhampar, ada satu rumah kecil yang terlihat berbeda. Di rumah itu tinggal seorang gadis bernama Maya.

Maya adalah seorang gadis berusia 17 tahun dengan senyuman yang selalu memikat hati orang lain. Senyumannya seperti sinar mentari yang hangat, mampu menerangi hari-hari kelam siapa pun yang melihatnya. Namun, ada sesuatu yang kini mengusikmya. Ayah Maya, yang merupakan tulang punggung keluarga, baru-baru ini jatuh sakit dan belum bisa bekerja. Akibatnya, keluarga mereka tengah menghadapi kesulitan finansial yang serius.

Maya adalah anak sulung dari empat bersaudara, dan dia merasa bertanggung jawab untuk membantu keluarganya. Meskipun usianya masih muda, tekadnya kuat untuk mencari pekerjaan dan membantu meringankan beban keluarganya. 

Setiap pagi, Maya pergi ke ladang tetangga untuk membantu menuai sayuran. Meskipun pekerjaan itu melelahkan, dia tetap bekerja dengan semangat dan senyuman di wajahnya. Senyuman itu seakan menjadi penolong bagi hatinya sendiri yang seringkali cemas dan khawatir tentang masa depan keluarganya.

Suatu hari, ketika Maya sedang bekerja di ladang, dia bertemu dengan seorang wanita paruh baya bernama Ibu Sri. Ibu Sri adalah seorang perajin kerajinan tangan yang menghasilkan keranjang anyaman yang indah. Maya mengamati dengan kagum kerajinan tangan yang diciptakan Ibu Sri. Dengan ramah, Ibu Sri menyapanya dan bertanya tentang keluarganya.

Maya dengan tulus menceritakan situasi keluarganya dan bagaimana ayahnya jatuh sakit. Ibu Sri mendengarkan dengan perhatian dan tersenyum penuh pengertian. Kemudian, Ibu Sri menawarkan sesuatu yang tak terduga pada Maya.

"Maya, bagaimana jika kamu membantu saya di toko kerajinan tangan saya setiap hari setelah kamu selesai bekerja di ladang?" tawar Ibu Sri dengan lembut. "Aku akan mengajari kamu cara membuat keranjang anyaman, dan kamu bisa membantuku menjualnya. Kita bisa berbagi keuntungan dari hasil penjualan."

Dengan mata berbinar-binar, Maya mengangguk setuju. Senyumnya kembali merekah dengan penuh harapan. Keesokan harinya, Maya datang ke toko Ibu Sri begitu mentari terbit. Setelah bekerja di ladang, Maya kini memiliki pekerjaan kedua sebagai tukang anyam di toko kerajinan tangan Ibu Sri.

Berhari-hari berlalu, Maya dan Ibu Sri semakin dekat dan hubungan mereka menjadi seperti ibu dan anak. Maya belajar dengan cepat dan kemampuannya dalam membuat keranjang anyaman semakin baik dari hari ke hari. Keranjang-keranjang anyamannya laku keras dan mendapatkan banyak pujian dari para pelanggan.

Suatu pagi, ketika Maya dan Ibu Sri sedang duduk bersantai di toko, Maya menyadari bahwa senyumnya kini tak pernah lagi pudar. Teriknya mentari yang dulu mengusik hatinya, kini menjadi sahabat baginya. Keranjang-keranjang anyaman yang ia buat dengan telaten dan cinta, telah membawa perubahan besar dalam hidupnya dan keluarganya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun