[caption caption="Usaha mandiri"][/caption][Hari ketujuh, 20 Februari 2016]
Tak hanya alam yang indah, wilayah Kabupaten Sumbawa Barat juga dikarunia berbagai hasil bumi yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Hamparan perkebunan kelapa dan garis pantai dengan ombak yang cocok untuk budidaya rumput laut adalah dua di antaranya. Setelah pada hari sebelumnya para peserta bootcamp mengunjungi kawasan Sekongkang dan Maluk, pada hari ketujuh ini kami bertandang ke Jereweh dan Taliwang.Daerah-daerah itu berada dalam kawasan lingkar tambang PT Newmont sehingga upaya pemberdayaan ekonomi masyarakatnya menjadi salah satu program CSR perusahaan.
Kami memerlukan sekitar satu jam perjalanan menggunakan bus untuk sampai di Jereweh. Tujuan kami adalah lokasi pembuatan virgin coconut oil (VCO)yang baru saja dirintis oleh kelompok usaha di sana. VCO atau minyak kelapa murni ini merupakan bahan dasar dalam pembuatan beragam produk kosmetik maupun obat-obatan. Selama ini Jereweh dikenal sebagai daerah penghasil kelapa di Kabupaten Sumbawa Barat sehingga prospek pengembangan usaha VCO di sana cukup menjanjikan. Apalagi dalam waktu dekat akan ada sebuah manufaktur kosmetik yang beroperasi di sana. Permintaan VCO sebagai bahan baku produksi adalah peluang ekonomi yang harus segera digarap.
Pada awal tahun 2016 ini, Pak Suhadi bersama 3 kelompok usaha yang beranggotakan 15 orang memulai usaha pembuatan VCO. Sebelumnya, mereka telah mendapat pelatihan mengenai cara memproduksi VCO. Mereka juga telah mendapatkan bantuan dari PT Newmont berupa alat-alat produksi seperti mesin parut, mesin peras, serta modal usaha. Bahan baku berupa buah kelapa segar dibeli dari petani lokal dengan harga Rp 1.000 per buah di pohon atau Rp 2.200 per buah siap antar. Untuk membuat  setiap liter VCO diperlukan setidaknya 30 buah kelapa. Dalam satu minggu, mereka sanggup menghasilkan sekitar 26 liter VCO dengan harga jual Rp 60.000 per liter.
Sampel produk VCO dari kelompok usaha di Jereweh ini telah dikirim ke laboratorium IPB untuk diuji kualitasnya. Sebagai contoh, kadar air maksimal yang ditoleransi adalah sektar 0,2%. Jika lolos uji, kelompok usaha tersebut akan memperoleh sertifikasi mutu sehingga bisa memproduksi VCO dalam skala lebih masif.
[caption caption="Kebun kelapa milik masyarakat lokal"]
Menurut salah seorang petani rumput laut yang kami jumpai, Pak Abdul Hamid, jenis rumput laut yang dibudidayakan di Kertasari adalah Euchema cuttoni. Jenis ini biasanya dimanfaatkan untuk bahan baku kosmetik, obat-obatan, dan makanan. Rata-rata sekali siklus masa tanam rumput laut adalah satu hingga satu setengah bulan. Dalam setahun para petani bisa panen sekitar 5 kali. Ada periode di mana mereka tidak menanam rumput laut, misalnya pada bulan April saat peralihan menuju angin timur atau bulan Oktober saat peralihan menuju angin barat. Pada masa pancaroba tersebut, arus laut cenderung lemah sehingga batang rumput laut akan cenderung tidak bergerak dan lama kelamaan tertutup pasir atau kotoran lalu mati. Rumput laut memang membutuhkan arus yang kuat agar batangnya senantiasa bergoyong sehingga terbebas dari kotoran. Para petani mengikat rumput laut dalam seutas tali sepanjang 10 hingga 12 meter yang dikenal dengan satuan ris. Tiap ris akan menghasilkan 1 kg rumput laut. Setiap keluarga umumnya membudidayakan setidaknya 300 ris. Setiap anggota keluarga, termasuk anak-anak, terlibat dalam proses budidaya rumput laut di lahan keluarga.
Hasil panen rumput laut dari para petani Kertasari ditampung dalam gudang penyimpanan yang disediakan oleh pemerintah daerah. Hal tersebut untuk menjaga stabilas harga jual rumput laut. Harga transaksi yang digunakan oleh para pengepul dan petani didasarkan pada harga pasar. Jika harga sedang bagus, setiap kuintal rumput laut kering dibanderol hingga Rp 1 juta. Akan tetapi, ketika kondisi sedang kurang bagus, harga bisa merosot sampai Rp 700.000 per kuintal. Seringkali fluktuasi harga membuat petani merugi karena biaya produksi tidak tertutupi dari penjualan hasil panen.
[caption caption="Aktivitas petani rumput laut di Kertasari"]
Saat istirahat makan siang, kami dijamu dengan bermacam hidangan yang berbahan dasar rumput laut. Ada sayur urap, yaitu rumput laut direbus sebentar hingga agak lunak, lalu dicampur dengan tauge dan parutan kelapa bercampur bumbu. Favorit saya adalah es rumput laut. Minuman itu terbuat dari potongan rumput laut dikombinasikan dengan kelapa muda dan nanas, lalu diberi kuah air santan yang diaduk dengan gula aren kental. Pas sekali dinikmati di tengah panas terik cuaca Kertasari.
Dalam beberapa tahun terakhir, muncul industri rumahan di Kertasari yang mengolah rumput laut menjadi produk dengan nilai jual lebih. Adi Putra Maulana misalnya, pemuda asli Kertasari itu merintis usaha pembuatan dodol, stik, dan tortila dengan bahan baku rumput laut. Produknya sudah mendapat sertifikasi dari dinas kesehatan setempat. Pemasaran produk tersebut sudah sampai Mataram. Semangat seperti inilah yang diharapkan dapat menggerakkan masyarakat Kertasari untuk memberi nilai tambah pada rumput laut hasil budidaya mereka.