[caption caption="Suasana di depan Pelabuhan Benete"][/caption][Hari keempat, 17 Februari 2016]
Jika pada tiga hari pertama peserta bootcamp mendapat penjelasan mengenai proses eksplorasi, penambangan, pengolahan ore, hingga pengiriman konsentrat, hari keempat ini cukup istimewa. Kami dilibatkan langsung dalam kegiatan pemantauan kelestarian lingkungan di dalam dan di luar Tambang Batu Hijau. Peserta dibagi menjadi tiga grup dengan bidang pengamatan masing-masing. Mulai hari keempat ini pula kami tidak lagi pulang ke townsite, melainkan tinggal di rumah-rumah warga di Maluk dan Sekongkang.
Pak Arie berulang kali mengingatkan pada malam sebelumnya, hari keempat bootcamp peserta diminta bersiap lebih pagi. Jam 05.00 peserta diharapkan sudah berkumpul di area drop off. Kegiatan hari keempat itu akan memerlukan waktu yang cukup panjang dan melelahkan. Pada briefing malam, peserta dibagi menjadi tiga kelompok dan diberi instruksi berbeda sesuai kelompoknya. Tampaknya akan ada kegiatan seru yang lain dibanding hari-hari sebelumnya.
Hari keempat bootcamp ini bertema environmental experience. PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT) memiliki suatu departemen yang menangani pemeliharaan lingkungan di dalam dan di luar area tambang. Departemen environment ini secara berkala melakukan pemantauan dan penelitian untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi ekologi dan lingkungan, baik di darat, laut, maupun udara. Kelompok-kelompok yang dibentuk diajak melakukan pemantauan di tempat yang berbeda.
Kelompok satu berangkat menuju konsentrator untuk melihat hasil reklamasi yang telah dilakukan PT NNT di area bekas tambang. Setelah mendapatkan penjelasan singkat mengenai pengelolaan lingkungan, para peserta diajak menuju nursery shade atau lahan persemaian bibit tanaman yang akan dipakai untuk menutup lahan bekas tambang. Para peserta menanam pohon ipil di area reklamasi. Pohon tersebut diyakini mampu hidup hingga lebih dari 100 tahun. Upaya reklamasi dengan menanam beberapa jenis pepohonan bertujuan agar bukit yang dulu dibuka untuk area tambang kembali tertutup oleh vegetasi hutan. Pemantauan pengelolaan air tambang juga menjadi agenda tim pertama. Air sisa reklamasi yang belum memenuhi kriteria baku mutu ditampung dulu di semacam waduk yang diberi nama Santong 3. Air tersebut diisolasi agar tidak mengalir keluar area tambang.
Kelompok  dua melakukan pengamatan air laut dan sedimentasi di sekitar Teluk Senunu. Bersama tim dari departemen environment, mereka menaiki kapal riset Tenggara Explorer menuju lokasi penempatan tailing. Tim riset menurunkan alat hingga kedalaman 540 meter untuk mengambil sampel air laut di zona tailing Senunu. Selain air laut, mereka juga mengambil sampel sedimen lumpur di dasar laut untuk mengetahui endapan terdampak tailing. Dengan sampel air laut dan sedimen lumpur tersebut, para peneliti PT Newmont dapat memperoleh data mengenai kondisi terkini lingkungan hidup di sekitar tambang. Mereka membuat pemetaan zona terdampak tailing dan menentukan kriteria batas aman yang masih bisa ditoleransi.
Kelompok tiga melakukan pemantauan pemasangan reefball dan kondisi terumbu karang di Teluk Benete melalui aktivitas penyelaman. Saya termasuk peserta yang beruntung bisa mendapatkan kesempatan menyelam di lokasi ini. Setelah sekian lama tidak menyelam, saya sangat antusias mengikuti kegiatan pemantauan ini. Peserta menyelam dibagi menjadi dua kelompok dengan didampingi oleh dive master pada setiap kelompok. Kami melakukan dua kali penyelaman.
Penyelaman diawali di spot pemasangan reefball. Reefball ini merupakan bulatan yang terbuat dari beton dan ditempatkan di dasar laut sebagai tempat tumbuh terumbu karang. Pemasangan reefball oleh PT NNT dilakukan sejak tahun 2004 untuk menciptakan ekosistem terumbu karang di dasar laut yang berpasir. Reefball ini menjadi penghubung dua area terumbu karang yang terpisah. Dengan adanya reefball, area tutupan terumbu karang akan semakin luas sehingga ikan-ikan yang berhabitat di sana akan bertambah.
[caption caption="Pemantauan reefball di Teluk Senunu"]
Kegiatan menyelam selesai selepas tengah hari. Setelah istirahat singkat dan diskusi mengenai hasil pemantauan laut yang meliputi kondisi air laut, sedimen lumpur, dan pemasangan reefball, kami melanjutkan agenda menuju gudang penyimpanan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Limbah yang masuk kategori ini misalnya bekas sparepart alat berat, oli, sisa-sisa kabel intalasi, hingga cairan beracun dari proses pertambangan. Limbah B3 tersebut tidak boleh ditempatkan di lingkungan hidup. Bahan tersebut dikemas dalam suatu wadah polimer berukuran 1 meter kubik dengan pengaman berupa rangka besi. Limbah B3 yang sudah dikemas lantas disimpan di gudang untuk selanjutnya dikirim ke perusahaan penyedia jasa pengolahan limbah. Di tempat itu, limbah B3 diproses atau didaur ulang menjadi bahan yang tidak lagi beracun dan berbahaya.
[caption caption="Seorang karyawan PT NNT menunjukkan pengelolaan limbah B3"]