Pengungsi Sinabung di Lost Desa Tiganderket Kabupaten Karo. (Dokumen Pribadi)
Sudah jatuh, ketimpa tangga, kesiram cat pula. Sepertinya inilah yang dialami pengungsi dan warga sekitar Gunung Sinabung Kabupaten Karo Sumatera Utara saat ini. Bagaimana tidak, erupsi Sinabung yang setiap saat menimbulkan kekhawatiran ditambah lagi sikap PLN yang begitu tega menjadikan kawasan seputaran Gunung Sinabung masuk "daftar antri" pemadaman listrik bergilir.
Kondisi kejiwaan pengungsi sangat tertekan ketika listrik padam di malam hari ditengah terjadinya hujan disertai ketakutan sewaktu-waktu gunung tersebut bisa meletus. Bukan sekali dua kali, ini sudah rutin. Bahkan, seorang relawan posko yang sebenarnya juga pengungsi sangat-sangat mengharapkan agar pemadaman listrik di Karo dihentikan sementara.
Seperti letusan Sinabung yang terjadi, Jum’at (8/11) malam. Listrik sedang padam saat Debu Vulkanik bercampur air menghujani di sejumlah wilayah di Karo, termasuk posko pengungsian. "Takut kali kami. Ga ada genset disini. Bermohon kami, sangat bermohon sekali kepada pemerintah supaya jangan dulu dipadamkan listrik disini," pinta Intan Br Sembiring (59), salah seorang pengungsi di posko pengungsian Lost Desa Tiganderket Kabupaten Karo.
Apalagi, saat ini merupakan titik rawannya Gunung Sinabung pasca statusnya dinaikkan satu tingkat menjadi SIAGA sejak, Ahad (3/11/2013). Gunung yang memiliki ketinggian 2.460 meter ini juga sudah mulai memuntahkan awan panas. Selain itu, batu panas juga menyerang sejumlah pedesaan yang membuat ribuan warga terpaksa dievakuasi.
Kondisi ini sebenarnya sangat rawan. Korban jiwa yang muncul saat meletusnya Sinabung bukanlah lantaran debu vulkanik atau awan panas. Namun, karena kekhawatiran dan kepanikan yang terjadi saat Sinabung erupsi. Saat ini, pengungsi Sinabung sudah mengalami trauma yang cukup hebat. Suara pesawat atau truk yang melintas saja terkadang membuat mereka ketakutan.
Lokasi steril dari Gunung Sinabung saat ini berada di radius 3 Km. Sementara, masih banyak warga yang bermukim dibawah radius 4 Km. Coba bayangkan, bagaimana jika tiba-tiba Gunung Sinabung kembali erupsi saat saat pemadaman listrik tengah terjadi.
Bagaimana pula jika ditengah kegelapan, tiba-tiba ribuan warga yang berada di pengungsian mendadak harus dievakuasi lebih jauh lantaran Erupsi Sinabung yang semakin tinggi. Gejala alam ini tidak bisa diprediksi. Tidak bisa diketahui kapan letusan besar akan terjadi.
Namun, pemadaman bergilir menurut saya masih bisa diatur. Jika terpaksa, lakukanlah saat siang hari. Meski hati manusia tiada yang tahu, kami masih berharap petinggi PLN masih memiliki nurani.
ABDULLAH LATHIF MANJORANG
Follow me on Twitter : @pippoadhif
Me on GooglePlus : gplus.to/adhif
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H