Dalam 2 tahun terakhir jika cermati ada jenis motor yang jumlah pemakainya makin banyak, jenis motor sport yang untuk mendapatkannya seseorang harus merogoh kocek lebih dalam (atau bisa jadi berhutang lebih besar), kita dapat menduga bahwa jenis motor yang saya maksud adalah motor sport Kawasaki Ninja.
Indonesia memang ladang emas bagi pabrikan Kawasaki.Pihak Kawasaki sendiri mengakui penjualan motor sport Kawasaki Ninja 250 di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia. Hal ini diperkuat dengan data dari Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia yang menyebutkan pada tahun 2012 telah terjual 20.000 unit Kawasaki Ninja 250.
Hal ini patut disyukuri karena bisa jadi pertanda semakin membaiknya daya beli (atau mungkin daya hutang) masyarakat dan bisa jadi mempertegas keberadaan fenomena pertumbuhan kalangan menengah Indonesia. Dalam hal ekonomi, ada yang menyebutkan istilah kalangan menengah sebagai masyarakat yang pengeluaran rumah tangganya di atas 5 juta dalam sebulan, sedangkan menurut studi Bank Dunia, kalangan kelas menangah ini di Indonesia terbagi empat kelas.
Pertama kelas menengah dengan pendapatan US$2-US$4
atau Rp1-1,5juta per bulan (38,5 persen). Kedua, kelas menengah dengan pendapatan US
$4-6 atau Rp1,5 -2,6 juta perkapita perbulan (11,7 persen). Ketiga kelas menengah dengan pendapatan US
$6-US$10 atau Rp2,6-5,2 juta perbulan (5 persen) serta golongan menengah berpendapatan US$10-US$20 atau Rp5,2-6 juta
perbulan (1,3 persen). Sebuah lembaga analis ekonomi memperkirakan kalangan menengah akan tumbuh mencapai 250 %,sedangkan bank dunia mengeluarkan angka yang lebih logis yaitu 17% dalam setahun.
Maka fenomena menjamurnya motor Ninja melengkapi fenomena lain seperti laris manisnya properti high class dan tiket konser penyanyi internasional.
Tidak hanya patut disyukuri, namun perlu juga kita menelisik adakah korelasi positif antara pertumbuhan kalangan menengah dengan hal lain yang dibutuhkan bangsa ini seperti peningkatan kesadaran berpolitik yang santun, peningkatan kualitas layanan publik , peningkatan mutu pendidikan , peningkatan kesadaran dalam penanganan penyakit masyarakat. Tentu jika ada korelasi positifnya maka kebahagiaan bukan hanya milik kalangan menengah saja.