Mohon tunggu...
Adhicipta Wirawan
Adhicipta Wirawan Mohon Tunggu... Desainer - Professional Game Designer dan Dosen Praktisi International Program Digital Media Petra Christian University (PCU), Penulis Buku Yuk Bikin Board Game Edukasi: https://bit.ly/bukubikinboardgame

Ciptakan Pendidikan yang Mudah dan Menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Ujung Tombak Pendidikan Literasi Keuangan yang Terjerat Pinjol

13 November 2024   07:38 Diperbarui: 13 November 2024   10:52 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelas Literasi Keuangan di SMPN 1 Sidoarjo. Sumber: Pribadi

Profesi guru, yang selama ini kita anggap mulia dan menjadi pilar pendidikan, ternyata juga menghadapi tantangan serius di era digital. Hasil riset lembaga No Limit Indonesia pada tahun 2021 mengungkapkan fakta mengejutkan: guru menjadi kalangan yang paling banyak terjerat praktik pinjaman online (pinjol) ilegal. 

Sebanyak 42% responden korban pinjol ilegal adalah guru. Fakta ini tentu mengundang keprihatinan mendalam.

Pinjaman online ilegal kerap menjadi jalan pintas bagi para guru untuk memenuhi kebutuhan finansial yang mendesak. Namun, bunga yang sangat tinggi, aturan yang tidak jelas, hingga penagihan yang cenderung intimidatif membuat pinjol ilegal sangat berisiko, bahkan berujung pada masalah finansial yang lebih besar. 

Fenomena ini menggambarkan perlunya perhatian khusus pada literasi keuangan di kalangan guru sendiri, agar mereka dapat menjadi lebih bijak dalam memilih sumber pembiayaan dan mengelola keuangan mereka.

Mengapa Guru Mudah Terjerat Pinjol?

Beberapa faktor yang menyebabkan guru mudah terjerat pinjol antara lain:

  • Beban finansial: Gaji guru yang seringkali dianggap tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan berbagai tagihan menjadi salah satu pemicu utama. Gaji guru, terutama di daerah, masih tergolong rendah dan seringkali tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi untuk kebutuhan mendesak atau darurat. Keterbatasan ini memaksa sebagian guru mencari tambahan penghasilan, dan pinjaman online ilegal menjadi solusi yang mudah diakses. 
  • Minimnya literasi keuangan: Meskipun para guru mengajar di sekolah, tidak semua memiliki pemahaman yang kuat tentang literasi keuangan, seperti manajemen utang, risiko pinjaman, dan perencanaan keuangan. Kurangnya pengetahuan ini membuat mereka rentan terhadap bujuk rayu pinjol ilegal yang menawarkan proses pinjaman cepat tanpa banyak persyaratan. Kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan keuangan yang baik membuat guru rentan tergiur oleh iming-iming pinjaman cepat tanpa memahami risiko yang menyertai.
  • Tekanan sosial: Tekanan untuk memenuhi gaya hidup konsumtif dan tuntutan sosial juga menjadi faktor pendorong. Seperti banyak profesi lainnya, guru juga menghadapi kebutuhan mendadak seperti biaya kesehatan, pendidikan anak, atau kebutuhan lainnya yang kadang membutuhkan dana segera. Saat dihadapkan pada situasi ini, pinjaman online ilegal menjadi pilihan yang dirasa cepat dan praktis.
  • Minimnya Edukasi tentang Risiko Pinjol Ilegal: Informasi tentang risiko pinjol ilegal sering kali tidak sampai kepada para guru atau mungkin dianggap sepele, padahal implikasinya sangat besar. Minimnya edukasi ini membuat guru lebih mudah terjebak dalam jeratan pinjaman online ilegal tanpa mengetahui risiko sebenarnya.
  • Kemudahan akses: Maraknya aplikasi pinjol yang mudah diakses melalui smartphone semakin mempermudah seseorang untuk terjerat pinjol. Pinjaman online ilegal menawarkan akses yang sangat mudah dan cepat tanpa banyak syarat, seperti jaminan atau pemeriksaan kelayakan. Hal ini membuat guru yang butuh dana cepat merasa tertarik karena tidak perlu melalui proses yang panjang.

Guru: Potensi Besar sebagai Ujung Tombak Literasi Keuangan

Meskipun fenomena pinjol ilegal ini menjadi tantangan, guru tetap memiliki peran yang sangat strategis dalam membangun generasi yang paham literasi keuangan. Sebagai pendidik, guru berada di garda terdepan dalam memberikan contoh dan mengajarkan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang sehat kepada siswa. 

Ketika guru memiliki pemahaman yang baik tentang literasi keuangan, mereka dapat menularkan ilmu tersebut kepada siswa secara efektif. Peran sebagai pendidik: Sebagai pendidik, guru memiliki akses langsung kepada siswa dan masyarakat. Mereka dapat menanamkan nilai-nilai keuangan yang baik sejak dini.

  • Teladan dalam Pengelolaan Keuangan: Guru yang memiliki literasi keuangan yang baik dapat menjadi teladan bagi siswa dalam mengelola keuangan. Dengan menunjukkan sikap bijaksana dalam keuangan, siswa dapat belajar pentingnya menabung, menghindari utang konsumtif, dan merencanakan masa depan.

  • Membangun Kesadaran sejak Dini: Guru yang memiliki pemahaman literasi keuangan bisa mulai memperkenalkan konsep-konsep dasar pengelolaan uang kepada siswa sejak dini. Pendidikan literasi keuangan tidak harus diajarkan secara formal, tetapi bisa disisipkan dalam berbagai mata pelajaran.

  • Menjadi Pendidik yang Lebih Tangguh: Dengan memahami pentingnya literasi keuangan, guru dapat menghindari jeratan pinjaman ilegal dan memilih cara yang lebih bijak untuk memenuhi kebutuhan finansial mereka. Hal ini pada akhirnya membuat mereka menjadi sosok pendidik yang lebih kuat dan mampu memberikan teladan positif.

Solusi agar Guru Bisa Menjadi Ujung Tombak Pendidikan Literasi Keuangan

Untuk mendukung para guru dalam perannya sebagai penggerak literasi keuangan, beberapa solusi dapat diterapkan:

  1. Pelatihan Literasi Keuangan bagi Guru: Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu mengadakan pelatihan literasi keuangan secara rutin bagi guru. Pelatihan ini harus mencakup manajemen keuangan pribadi, risiko pinjaman ilegal, dan cara menyusun anggaran.

  2. Menyediakan Akses pada Pinjaman Resmi: Salah satu alasan mengapa guru terjerat pinjol ilegal adalah kurangnya akses pada pinjaman resmi yang aman dan memiliki bunga yang wajar. Lembaga keuangan dan pemerintah daerah perlu memfasilitasi program pinjaman yang ramah bagi guru untuk kebutuhan mendesak.

  3. Bimbingan Kewirausahaan untuk Guru: Memberikan pelatihan kewirausahaan kepada guru bisa menjadi solusi jangka panjang. Dengan memiliki usaha sampingan, guru tidak perlu lagi mengandalkan pinjaman ilegal untuk menutupi kekurangan finansial.

  4. Pengembangan Media Pembelajaran Literasi Keuangan: Pemerintah dan lembaga pendidikan dapat mendukung pengembangan media pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipahami, seperti board game dan aplikasi interaktif, yang dapat membantu guru mengajarkan literasi keuangan dengan cara yang menarik.

Media Pembelajaran seperti Cashflowpoly sebagai Solusi untuk Literasi Keuangan

Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan literasi keuangan bagi siswa adalah Cashflowpoly. Cashflowpoly adalah sebuah board game yang mengajarkan konsep dasar perencanaan keuangan seperti pendapatan, tabungan, donasi, investasi, dan kebutuhan. Permainan ini dirancang untuk mengajarkan literasi keuangan secara menyenangkan, sehingga siswa dapat belajar tanpa merasa terbebani.

Berikut adalah cara Cashflowpoly bisa menjadi solusi bagi guru dalam memberikan pendidikan literasi keuangan:

  1. Menyampaikan Konsep Keuangan secara Praktis: Cashflowpoly memungkinkan siswa untuk belajar mengelola keuangan dengan cara yang lebih praktis dan nyata. Dalam permainan, siswa dihadapkan pada keputusan-keputusan finansial seperti menabung, berinvestasi, dan mengatur anggaran. Dengan cara ini, siswa bisa memahami dampak dari setiap pilihan keuangan yang mereka buat.

  2. Mendorong Pemikiran Kritis tentang Uang: Permainan ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk memahami konsep-konsep dasar literasi keuangan seperti investasi, kebutuhan dan keinginan, serta pentingnya menabung. Selain itu, Cashflowpoly juga mengajarkan tentang risiko dan pentingnya perencanaan jangka panjang.

  3. Mengembangkan Kemampuan Pengambilan Keputusan: Dalam permainan Cashflowpoly, pemain harus mengambil keputusan-keputusan keuangan yang berdampak pada tujuan akhir mereka. Ini membantu siswa mengasah keterampilan pengambilan keputusan dan memperkuat pemahaman mereka tentang pentingnya memilih langkah finansial yang bijak.

  4. Mengatasi Kesenjangan dalam Pendidikan Formal: Di banyak sekolah, pendidikan literasi keuangan belum menjadi mata pelajaran formal. Cashflowpoly dapat menjadi solusi yang mengisi kesenjangan ini, membantu guru memperkenalkan konsep literasi keuangan dengan cara yang menarik dan efektif.

  5. Menyediakan Simulasi Kehidupan Nyata: Cashflowpoly memberikan simulasi bagaimana individu mengelola uang dalam kehidupan nyata. Melalui simulasi ini, siswa dapat melihat gambaran langsung mengenai bagaimana keputusan finansial dapat berdampak pada keuangan pribadi.

Guru memiliki potensi besar untuk menjadi ujung tombak pendidikan literasi keuangan di Indonesia. Namun, peran ini tidak akan efektif tanpa adanya dukungan dan pemahaman yang kuat dari pihak guru itu sendiri. 

Dengan mengatasi tantangan yang dihadapi guru dalam hal literasi keuangan, dan menyediakan solusi seperti pelatihan, akses pada pinjaman resmi, serta media pembelajaran yang menarik seperti Cashflowpoly, para guru dapat menjadi agen perubahan dalam meningkatkan literasi keuangan generasi muda.

Dengan memberikan bekal literasi keuangan yang kuat, para siswa tidak hanya akan terhindar dari risiko keuangan di masa depan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk meraih kehidupan finansial yang lebih stabil dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun