Mohon tunggu...
Adhicipta Wirawan
Adhicipta Wirawan Mohon Tunggu... Desainer - Professional Game Designer dan Dosen Praktisi International Program Digital Media Petra Christian University (PCU), Penulis Buku Yuk Bikin Board Game Edukasi: https://bit.ly/bukubikinboardgame

Ciptakan Pendidikan yang Mudah dan Menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anda Toxic Parent? Bagaimana Board Game Mengatasinya?

8 Maret 2022   09:14 Diperbarui: 8 Maret 2022   09:19 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keluarga Surya Kresnanda bermain board game Mengenal Emosi - Cerita Emo dan Sisi Edisi Keluarga (Sumber: Pribadi).

Sejak saya mulai menekuni desain board game untuk edukasi, saya mulai mengamati bagaimana board game berdampak pada beberapa keluarga. Mulai dari keluarga saya sendiri hingga beberapa keluarga di komunitas board game PADAS (Papan Dolanan Arek Suroboyo).

Para ayah penggemar board game akan memiliki kecenderungan untuk mengajak istri serta anak-anak mereka untuk bermain board game. Ada benang merah peran ayah dalam keluarga dengan aktivitas parenting dalam keluarga tersebut.

Pada umumnya para ayah penggemar board game lebih mudah membangun bounding atau ikatan ayah-anak lebih mudah dibandingkan ayah yang bukan penggemar board game.

Apa itu Toxic Parent?

Toxic parent adalah orang tua yang mendahulukan "kebutuhan emosinya" dibandingkan anak-anaknya. Gaya pengasuhan yang cenderung menyakiti mental anak ini akan berdampak buruk pada kesehatan mental hingga kesehatan fisik sang anak hingga ia tumbuh dewasa. 

Sayangnya, perilaku orang tua yang beracun ini meluas ke cara mereka memperlakukan anak-anak mereka. Gaya pengasuhan yang berbahaya ini mengambil dari anak-anak cinta, kehangatan, dan pengasuhan yang pantas mereka dapatkan.

Ciri-ciri Toxic Parent

Menurut Cleveland Clinic (2021), 7 Ciri dari Toxic Parent terdiri dari:

  1. Perilaku egois: orang tua memprioritaskan kebutuhan mereka daripada kebutuhan anak-anak mereka.

  2. Pelecehan fisik: kekerasan fisik yang melampaui tindakan disipliner tertentu, seperti memukul. 

  3. Pelecehan verbal: Berteriak, berteriak, menyebut nama dan menyalahkan.

  4. Pelecehan emosional: menghalangi anak jika mereka melakukan sesuatu yang salah; dengan kata lain, memberi mereka perlakuan diam selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari.

  5. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun