Mohon tunggu...
Adhi Cahyono
Adhi Cahyono Mohon Tunggu... -

dibesarkan di sebuah kota kecil di Jawa Tengah, dimana hampir semua Jenderal di Republik ini pernah belajar dan menghirup udara segarnya. Sempat merasakan dingin dan sejuknya udara kota Bandung, dan sekarang menetap di Bekasi. Ngeblog di Kompasiana dengan niat dan tujuan sederhana, belajar menulis. Itu saja.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

“Alfred Terima Kasih Atas Perasaan Itu”

7 Desember 2010   03:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:57 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_78921" align="aligncenter" width="619" caption="Alfred Riedl, Pelatih Timnas Indonesia (sumber: kompas.com)"][/caption] Jujur saja, saya masih terkena euphoria akibat penampilan dan kemenangan Timnas Indonesia. Dua kemenangan tadi menghadirkan sebuah perasaan luar biasa, perasaan bangga sebagi bangsa Indonesia. Ini menjadi luar biasa bukan saja karena langkanya frekuensi, akan tetapi juga karena hampir dari semua bidang dan tingkatan, kita sebagai bangsa seolah terbebani untuk membuat prestasi dan menghadirkan perasaan tadi. Ini menjadi sesuatu yg luar biasa karena ia justru hadir dari sesuatu yang selama ini kita “kutuk” secara berjamaah, sepakbola yang miskin prestasi dan gagapnya kepengurusan menghadapi tekanan-tekanan ketidakpercayaan publik. Adalah sosok Alfred Riedl yang menjadi arsitek Timnas Indonesia, seorang mantan pemain Timnas Austria, pada suatu ketika, yang sudah menangani beberapa Timnas di kawasan Asean. Adakah prestasi yang menonjol darinya sebagai seorang pemain bola dan arsitek?. Nampaknya, sebagai seorang pemain bola,  tidak ada yang menonjol yang patut disampaikan, walaupun perlu dicatat bahwa ia pernah menjadi top scorer selama dua musim di kompetisi lokal, tapi toh Austria pun tak pernah menjadi perbicangan kita di level Eropa maupun mondial. Sebagai arsitek Timnas?, ia mampu membuat Vietnam mencatat sejarah dengan mengalahkan Uni Emirat Arab dengan skor 2-0 untuk kemudian lolos ke babak perempat final ajang AFC Asian Cup pada tahun  2007, tapi toh akhirnya ia pun dipecat oleh PSSI-nya Vietnam setelah itu?. Catatan tersebut tetap saja tidak mampu menampilkan sosok Alfred Riedl yang seutuhnya.  Sikap dan ketegasannya yang mungkin lebih menarik untuk kita simak. Lihat saja bagaimana ia mencoret Boaz dari daftar pemainnya, ketika setelah beberapa kesempatan Boaz tak juga hadir memenuhi panggilan. Boaz adalah seorang pemain yang “menyelamatkan” muka Alfred dengan sebuah goalnya ketika melawan Timnas Uruguay. Boaz memiliki argumen tentang kenapa ia belum bisa memenuhi panggilan itu, tapi Alfred juga punya perhitungan sendiri sehingga ia mencoret Boaz dari daftarnya.  Ketika kebersamaan, kekompakan team, goals allignment menjadi tahapan yang kritis dan menjadi syarat utama keberhasilan, peraturan harus ditegakkan. Nurdin Halid, ketika hasil kepelatihan Alfred tak kunjung menampakkan hasilnya setelah dikalahkan Timnas Uruguay dan hanya mampu menang melawan Maladewa dengan skor 2-0 saja dan isu ketidakharmonisan antara pelatih dan manajer Timnas menyeruak ke permukaan,  pernah menyampaikan wacananya utk melakukan evaluasi terhadap Alfred.  Tanpa banyak berkomentar dan untuk menghindari konflik terbuka yang tak perlu, Alfred berpegang kepada programnya. Dua kemenangan atas Malaysia dan Laos sebagai buktinya. Alfred adalah orang yang penuh perhitungan dan punya kesadaran terhadap ekspektasi public, ia juga nampaknya paham kepada siapa ia harus mempertanggung-jawabkan hasil kerjanya. Simak saja apa katanya dalam beberapa kesempatan konferensi pers.  Ketika menang melawan Malaysia, ia jujur berkata bahwa tidak seharusnya Malaysia kalah setelak itu. Ketika menang melawan Laos, ia menyampaikan bahwa kemenangan itu bukan sebuah kemenangan yang mudah. Pesan yang disampaikan adalah kita patut ber-euforia dengan kemenangan, tapi sebenarnya masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan. Ketika ditanya tentang strateginya dalam menghadapi Thailand, ia berujar bahwa rotasi akan dilakukan, tetapi ia juga berjanji bahwa Timnas Indonesia akan tetap menjunjung tinggi fair-play dan menampilkan permainan yang “menghibur” fans (baca rakyat) Indonesia dan memenangkan pertandingan. “Kita punya tanggung jawab kepada fans Indonesia”, ujarnya dan dalam beberapa kesempatan kembali disampaikan oleh assistennya. Tak hanya itu, Alfred juga mendobrak kebiasaan tentang komposisi pemain dalam Timnas. Ia berani mengkombinasikan pemain senior dan yunior yang ada dalam daftarnya, dengan tetap memegang teguh strategi pertandingan yang sudah ditetapkannya.  Lihat saja bagaimana ia memberikan kesempatan luas bagi Irfan dan Okto baik sebagai starter dan bermain dalam tempo 90 menit, sepenuhnya. Menyanjung Alfred terlampau tinggi bukanlah maksud dari tulisan ini. menafikan kontribusi anggota Timnas secara keseluruhan juga bukan tujuan dari tulisan ini. Tapi memberikan apresiasi terhadap hasil yang sejauh ini “menjanjikan” juga harus dilakukan, dan sentuhan Alfred berada di epicentrum keberhasilan itu .  Terlebih lagi jika kita mengingat kegagapan para elite kita yang tak kunjung mampu menghadirkan perasaan “bangga” berbangsa Indonesia kepada fans (baca  rakyat) Indonesia, kepada siapa seharusnya mereka mempertanggung-jawabkan pekerjaan mereka, mengutip tulisan Radhar Panca Dahana dalam sebuah opininya di harian Kompas, “Pemimpin dengan singgasana sesungguhnya tidak di kemegahan istana, tapi di kerendahan jiwa publik yang mendukung dan harus ia bela. Dengan semua yang dimilikinya” Apapun hasil akhir dari pertandingan melawan Thailand nanti malam dan bahkan hasil akhir Timnas Indonesia di AFFSuzuki Cup 2010 secara keseluruhan nanti, aku hanya hendak berujar, “Alfred terima kasih atas perasaan itu”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun