Mohon tunggu...
Adhi Cahyono
Adhi Cahyono Mohon Tunggu... -

dibesarkan di sebuah kota kecil di Jawa Tengah, dimana hampir semua Jenderal di Republik ini pernah belajar dan menghirup udara segarnya. Sempat merasakan dingin dan sejuknya udara kota Bandung, dan sekarang menetap di Bekasi. Ngeblog di Kompasiana dengan niat dan tujuan sederhana, belajar menulis. Itu saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pak SBY, Ini Tentang “How To Train Your Dragon”

2 April 2010   17:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:02 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_109070" align="alignleft" width="204" caption="gambar promo "How to Train Your Dragon" (www.21cineplex.com)"][/caption] Pak SBY, tulisan ini saya buat dengan penuh kesadaran, bahwasannya Bapak tidak akan membacanya. Walaupun demikian, saya tetap akan menuliskannya dengan penuh kesantunan. Akan tetapi, karena saya tidak tahu pasti ukuran kesantunan yang Bapak harapkan, otomatis ukuran saya lah yang saya anut ketika menulis. Oleh karenanya, saya juga tidak berharap Bapak akan merespon apa yang saya tulis ini. Pak, saya baru saja menonton film dengan anak2. Judulnya "How to Train Your Dragon". Kapan terakhir Bapak nonton film?. Seingat saya, Bapak pernah menyempatkan diri untuk menonton film Ayat-Ayat Cinta dan Laskar Pelangi. Kabarnya, Bapak menitikkan air mata karena haru pada saat menonton salah satu dari dua film tadi, masak sih Pak?. Saya percaya bahwa Bapak sibuk bekerja, siang dan malam, seperti yang sudah beberapa kali Bapak sampaikan, dalam beberapa kesempatan. Terakhir kali, Bapak menyampaikannya adalah ketika Bapak mengadakan tatap muka dengan kelompok peternak kambing di sebuah kabupaten di Jawa Timur, beberapa hari yang lalu. Terkait dengan apa yang Bapak sampaikan di depan kelompok peternak kambing tersebut, untuk sekedar Bapak ketahui saja, salah satu teman saya, bertanya, "kenapa ya Bapak menyampaikan bahwa Bapak bekerja terus menerus, siang dan malam di depan para peternak itu, padahal hidup mereka, sekilas lebih susah dibandingkan Bapak. Bukankah akan lebih tepat jika pada kesempatan itu, Bapak justru fokus untuk memberikan motivasi kepada mereka, para peternak itu?". Saya diam tak menjawabnya Pak, karena saya tak tahu alasannya. Alasannya apa sih Pak?. Ah sudahlah Pak, biarkan saja teman saya itu dengan pertanyaannya. Kembali ke film "How to Train Your Dragon", film ini menurut saya mencoba untuk menyampaikan beberapa poin untuk perenungan. Dalam kesempatan ini, saya akan coba untuk menyampaikan salah satunya saja. Film ini bercerita tentang seorang anak suku Viking, bernama Hiccup. Musuh utama dari suku Viking ini adalah naga, bahkan mereka sudah melawan kelompok naga itu sejak 300 tahun yang lalu. Sebuah permusuhan, dendam dan syak wasangka turun temurun, seperti tak berkesudahan. Hiccup ini, ternyata juga merupakan anak laki-laki dari sang kepala suku Viking. Tentu saja, setumpuk harapan, baik dari bapaknya maupun dari sukunya, berada di atas pundaknya. Dan nampaknya Hiccup gagal memenuhi harapan itu. Hiccup bukanlah seorang anak laki-laki Viking sejati, yang punya kekuatan, keberanian, ketrampilan bertempur, mempunyai cukup dendam dan rasa permusuhan kepada kelompok naga itu. Jauh panggang dari api. Singkat cerita, justru Hiccup-lah yang berhasil mengakhiri dendam, permusuhan dan syak wasangka tak berkesudahan itu. Bagaimana dia mengakhirinya?. Dengan caranya sendiri dan bukan dengan cara suku Viking itu memandang dan melakukan perlawanan terhadap kelompok naga itu. Hiccup melawannya dengan apa yang dia punyai, dirinya sendiri, dan bukan dengan berpura2 bahwa dia mempunyai semua syarat yang dibutuhkan untuk melawan kelompok naga itu, menurut ukuran bapaknya dan suku Viking tentunya. Hiccup belajar dan bercengkerama, dengan tulus tentu saja, dengan seekor naga yang berhasil dia lukai, secara tak sengaja. Cengkerama mereka, menyuburkan benih persahabatan dan mengikis habis dendam dan syak wasangka tadi. Hebatnya lagi Hiccup akhirnya sadar dan memahami alasan kenapa kelompok naga itu, selalu saja menyerang desa mereka dan mengambil ternak yang dengan susah payah mereka pelihara. Sayangnya tidak jelas, apakah kambing merupakan salah satunya. Saya pikir kambing memang bukan salah satunya Pak. Ternyata Pak, kelompok naga itu, menyerang dan mengambil ternak mereka, untuk kemudian mereka setorkan ke seekor naga yang besar, kuat dan mereka takuti. Mereka harus memberikan "persembahan" Pak, dan jika persembahan tidak membuat berkenan, si naga yang gagal itu lah yang dijadikan penggantinya. Tolong Pak, nggak usah dihubung2kan dengan apa yang sebagian orang tuduhkan kepada instansi Polri, iya Pak, masalah setor menyetor dari bawahan ke atasan. Lagian pak Kapolri kan sudah menepis tuduhan semacam itu Pak. Kembali ke cerita Hiccup ya Pak. Keberhasilan Hiccup, menurut saya, ya karena dia menyerang apa yang menjadi akar permasalahan dari dendam, permusuhan dan syak wasangka yang tak berkesudahan itu Pak. Dia hancurkan itu semua dengan bibit persahabatan, ketulusan dan dia serang si naga yang kerjanya minta setoran itu, hingga ajalnya. Sebagai penutup dari tulusan ini, yang saya sadari dan yakini, tidak akan Bapak baca apalagi tanggapi, dan bukan karena apa2, hanya karena kesibukan Bapak semata, tetap saja saya berharap ini ada manfaatnya Pak. Boleh kan saya tetap berharap Pak? O iya Pak, saya nontonnya bukan yang versi 3D nya, versi yang biasa saja. Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun