Mohon tunggu...
Adhi Pradityo
Adhi Pradityo Mohon Tunggu... Bankir - Karyawan Swasta

Bankir satu Istri dan Dua Malaikat kecil

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sisi Positif dari Corona, Adakah?

26 Maret 2020   15:53 Diperbarui: 26 Maret 2020   15:56 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Langit masih tetap berwarna abu-abu. Matahari hanya menunjukkan tajinya begitu singkat hari ini. Suasana di mana Aku tinggal beberapa hari belakangan ini begitu tenang, banyak tetangga dan kawan yang dirumahkan karena diharuskan untuk bekerja dari rumah. Begitupun Aku.

Mungkin ini adalah salah satu wujud dari beberapa perusahaan tempat di mana Aku dan teman-teman ku bekerja untuk membantu pemerintah. Walau tak banyak, tapi insyaAllah berarti.

Wahai kawan, kalau masih ada sebagian orang atau "alien" bertanya mengapa Bumi belakangan ini beristirahat, karena kami sedang diuji oleh pencipta kami. Diuji atas apa yang sebenarnya manusia yang memiliki peran didalamnya. Corona namanya. Dampak dari ujian hebat ini salah satunya adalah banyak aura-aura negative yang berterbangan di lingkungan kita. Namun kawan, daripada kita berlarut dalam hal-hal yang sifatnya negative, menakutkan, mencemaskan yang mana terkadang disebabkan oleh karena selain jumlah korban yang terus meningkat, entah mengapa terkadang berita di  Media dan update "terkini"dari sahaba-sahabat di WA kita juga punya peran (terima kasih).

Percayalah, terlalu banyak informasi juga tidak baik dan  secaa tidak langsung bisa meningkatkan rasa takut dan berujung di naiknya tingkat stress kita. Percaya atau tidak tingginya tingkat stress akan  mempengaruhi daya tahan tubuh manusia (imunitas mungkin dapat menurun). Tetap waspada kawan namun terlampau khawatir pun tidak baik. Karena sesungguhnya Allah tidak menyukai segala sesuatu yang sifatnya terlalu berlebihan.

Dari apa yang kita hadapi belakangan ini, ada beberapa nilai positive juga yang sebenarnya bisa diambil dari "musibah" ini. Ada yang mengatakan bahwa dengan adanya wabah ini, Bumi dapat menghela nafas sejenak, beristirahat katanya. Saya memang tidak memiliki data pasti, namun dengan melihat sangat berkurangnya aktivitas manusia (terutama di kota besar), tingkat emisi akan berkurang. Jakarta contohnya.

Seminggu terakhir di mana saya masih harus masuk ke kantor, waktu tempuh saya untuk bekerja (dengan angkutan umum tentunya) dari 1,5 jam menjadi 45 menit. Karena apa? Jumlah manusia yang membawa kendaraan pribadinya berkurang, dan karena banyak yang sudah memulai aktivitas bekerja dari rumah. Tengoklah Wuhan yang 2 bulan lamanya di lock down oleh pemerintahnya. Saya yakin betul udara di sana kini lebih nyaman untuk dihirup dibandingkan 3 bulan sebelumnya. Dan saya yakin masih ada nilai-nilai positive lainya bukan? Stay positive kawan.

Beberapa hari yang lalu istri saya bercerita mengenai aktivitasnya dia ketika belanja di pasar. Kebetulan di komplek dimana saya tinggal saat ini, ada semacam pasar kecil yang isinya menjual sayuran dan makanan-makanan untuk sarapan pagi.

Ada suatu kejadian yang "unik" yang menurut saya dan istri saya menggelitik di pikiran kami. Hari itu adalah tempat satu hari setelah MUI mengeluarkan fatwa bahwa kegiatan solat jumat dan solah berjamaah ditiadakan (anjuran). Seorang pedagang senior di pasar itu berkomentar kurang lebih seperti ini, " Kenapa ya Neng, kok Pemerintah melarang solat jamaah, padahal itu kan sebenernya orangnya aja takut dan mereka pasti orang-orang yang imannya lemah aja, kalau berserah sama Allah pasti aman.". Tidak ada yang salah dengan pandangan beliau, berserah dan ikhlas menjalani hidup di jalan Allah adalah yang terbaik. Namun patut digarisbawahi juga bahwa berserah ini bukan berarti pasrah ya kawan.

Ada sebuah video singkat dari seorang Stand-up Comedian Indonesia yang belakangan ini sedang menjadi viral, yang mana menurut saya dia sangat cerdas dalam memaparkannya. Ada satu kalimat yang menarik menurut saya, "Ada Ikhtiar sebelum tawakal.". Entah mengapa saya lebih srek dengan komentar anak muda ini ketimbang Ibu diatas, karena menurut saya sehat itu harus diciptakan, keamanan itu harus dikondisikan, terlepas nanti Allah berkehendak apa atas segala usaha yang saya siapkan, itu lain cerita. Paling tidak Allah tahu saya berusaha dan tidak pasrah dengan keadaan. Makanya kalimat "Ikhtiar sebelum Tawakal" mengundang senyum untuk saya.

Tapi sekali lagi, semua orang punya pandangan dalam hidup dimana pandangan / Opini itu adalah koridor masing-masing umat yang harus dihormati. Jikalau berbeda maka biarkanlah berbeda, toh perbedaan bukan menjadi alasan untuk terjadinya perpecahan bukan (seharusnya)

Wasaalam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun