Mohon tunggu...
Adhi Laksono
Adhi Laksono Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary Human

Tidak ada yang bisa membatasi sebuah pemikiran

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ada Istilah Pemikiran yang Berkualitas, Apakah Itu Bisa Diukur?

4 Juni 2020   00:30 Diperbarui: 4 Juni 2020   00:31 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara mengenai sebuah pemikiran pasti ada pro dan kontra, karena pada dasarnya sebuah pemikiran itu ada karena dipicu suatu hal/persoalan.

Jika tidak ada persoalan/hal yang harus dipikirkan maka bukan pemikiran namanya, yang ada hanyalah angan-angan semata yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan tetapi hanya harus menikmatinya,  karena jika angan-angan terus dipikirkan yang ada hanya akan membebani pikiran dan jika angan-angan tidak terpenuhi maka akan menimbulkan perkara baru yaitu sakit hati. 

Disisi lain sebuah pemikiran ada juga yang berasal dari angan-angan yang menginspirasi

Jadi sebenarnya perlu / tidak memikirkan sebuah angan-angan? Angan-angan tidak usah dipikirkan karena justru dengan sendirinya akan muncul ketika sedang memikirkan sesuatu. 

Istilah "pemikiran yang berkualitas" sebenarnya hanyalah omong kosong belaka, karena istilah itu hanya sekedar istilah,  tetapi justru malah digunakan sebagai alat ukur pemikiran seseorang. Inilah permasalahanya, kenapa pemikiran bisa dinilai kualitasnya? Bukankah pemikiran berasal dari setiap orang,  setiap persoalan yang dihadapi orang,  dan setiap angan-angan yang dimiliki orang? 

Dan setiap orang sendiri mempunyai kesamaan harkat dan martabat,  derajat dan haknya masing-masing. 

Ada pemikiran dari anggota DPR,  disisi lain ada pemikiran dari seorang pemulung, apakah bisa diukur kualitasnya?  Tentu saja tidak bisa karena keduanya sama-sama manusia, gagasan mereka muncul dari masing-masing dari angan-angan dan otak mereka.

 Otak manusia, manusia itu sama derajatnya. 

Sama-sama ciptaan Tuhan.  Mengukur tingkatan gagasan orang atau pemikiran orang dengan embel-embel istilah kualitas,  memang siapa dia? Bukanya dia juga manusia,  Apakah pemikiranya berkualitas sehingga bisa menghakimi kualitas otak orang lain,  toh sama-sama manusia yang mana adalah sama derajatnya. 

Pemikiran manusia itu terhormat,  karena pemikiranlah peradaban yang maju bisa dicapai.

Dari dua pemikiran yaitu pemulung dan anggota DPR, pemikiran siapa yang biasanya lebih diunggulkan? Tentu saja anggota DPR karena memiliki lebel DPR,  sedangkan satunya berlebel pemulung.  

Jadi apakah kualitas sebuah pemikiran memang bisa diukur? 

Jawabanya adalah TIDAK,  setiap pemikiran adalah hasil dari setiap orang yang dituangkan dalam bentuk ide/gagasan.

Masalah pemikiran siapa yang didengarkan adalah karena faktor lain,  apakah itu? 

Bisa jadi adalah Status, Instansi, jawaban atas persoalan yang sedang dihadapi dan tentu saja pola pikir. Kenapa pola pikir? 

Karena pola pikir adalah caranya berpikir, bukan pemikiran yang dihasilkan. 

Banyak faktor yang mempengaruhi pola pikir, bisa jadi karena pendidikan,  situasi, bahkan lingkunganya tinggal.

Jadi istilah "pemikiran yang berkualitas"  yang selama ini di gembar-gemborkan banyak orang apakah benar adanya? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun