Bandung – Pandemi COVID-19 tidak hanya menimbulkan dampak pada aspek sosial ekonomi, namun juga pada kondisi kesehatan mental masyarakat. Selama hampir sembilan bulan, anak-anak hanya bisa belajar di rumah. Pastinya kangen berat dengan suasana di sekolah. Meskipun adaptasi kebiasaan baru telah ditetapkan, tetapi masih banyak sekali batasan bagi anak-anak untuk dapat beraktivitas di luar rumah.
Di masa pandemi COVID-19 banyak aspek kehidupan yang telah berubah seperti anak-anak yang harus menjalani social distancing, sehingga memengaruhi perkembangan dan kesehatan mental. Tetapi, terdapat berbagai strategi demi mendukung perkembangan anak-anak selama pandemi ini. Terutama, orang tua berperan penting dalam mendukung kesehatan mental dan emosional anak-anak.
Resiko anak mengalami masalah kesehatan mental lebih tinggi diantaranya anak-anak dari keluarga sosial ekonomi menengah kebawah yang mengalami tekanan ekonomi akibat pandemi, anak-anak yang mengalami kejadian buruk sebelum pandemi, anak-anak yang sudah mengalami masalah kesehatan mental sebelum pandemi, serta anak-anak yang mendapatkan penganiayaan atau pengabaian oleh orang tua.
Masalah kesehatan mental yang muncul diantaranya depresi, kehilangan mood, mudah tersinggung, insomnia, kemarahan, dan kelelahan secara emosi. Permasalahan tersebut tidak hanya dialami oleh orang dewasa, namun dapat terjadi pada anak-anak. Perubahan perilaku serta emosi anak-anak seperti lebih mudah marah dari sebelumnya, mudah terganggu oleh hal-hal kecil, anak menjadi lebih mudah sedih dan menangis tanpa sebab yang jelas. Keluhan-keluhan tersebut sangat perlu untuk disikapi oleh orang tua dengan tepat agar tidak berkembang menjadi suatu bentuk gangguan psikologis atau gangguan kesehatan psikologis yang lebih berat.
Maka dari itu, Universitas Pendidikan Indonesia menyelenggarakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di masa pandemi ini dengan tema KKN Tematik Program Penanggulangan Dampak Covid-19 UPI 2020 dengan berbagai macam program di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Salah satu program yang dijalankan adalah pendampingan orang tua dalam membimbing pembelaran jarak jauh anaknya. Menurut hasil survey angket siswa kelas 5A dan 5B SDN Melong Mandiri 1 kebanyakan orang tua terutama ibu dari siswa yang seharunya berada dirumah mendampingi anaknya pembelajaran secara daring itu bekerja, sehingga anak-anak menjalani social distancing di masa pandemi ini sendirian di rumah yang khawatirnya menimbulkan kejenuhan dan kecemasan berkembang menjadi suatu bentuk gangguan psikologis.Â
Maka dilaksanakannya pematerian serta diskusi bersama orang tua mengenai menjaga kesehatan mental anak selama masa pandemi, yang diharapkan orang tua bisa lebih peduli pada anak terutama psikologisnya dalam menghadapi masa sulit pandemi ini. Orang tua perlu ciptakan ruang yang aman agar anak-anak dapat menyampaikan kekhawatiran dan rasa frustrasi mereka akibat hilangnya kegiatan dan rutinitas selama masa isolasi.
Berikut tips orang tua agar tetap menjaga kesehatan mental anak di masa pandemi:
1. Tetap terhubung
Dengan adanya social distancing bukan berarti anak-anak harus mengalami isolasi sosial. Anak-anak bisa tetap terhubung dengan teman, guru, atau orang dewasa lainnya dengan menggunakan teknologi. Peran orang tua adalah bersikap terbuka dan bersedia membantu mereka agar dapat berinteraksi dengan teman-teman mereka di jejaring sosial, melalui videocall, fitur chat, dan percakapan telepon.
2. Pertahankan rutinitas
Orang tua dapat mempertahankan rutinitas yang terstruktur, fleksibel dan spontan selama masa pandemic ini. Contohnya agendakan makan keluarga pada waktu yang sama setiap malam, yang melibatkan anak-anak dalam perencanaan seperti memasak, menyiapkan meja makan, dan mencuci piring bersama.