Kau  tidak datang malam ini. Kemana dirimu ? Sudah lupakah dirimu bahwa hari ini jam ini di tempat ini kau ingin menemuiku ? Aku tetap menunggumu berteman sepi. Ah rupanya semilir angin malam ini tidak hangat, dan ternyata Tuhan tidak ingin aku menemuimu malam ini.
Â
Kau datang dengan rasa bersalahmu. Dan seperti biasa kusambut dengan maafku. Entahlah, mungkin sudah ribuan maaf yang telah kulontarkan hanya untuk wajah tak berdosamu. Sampai kapan ?
Â
Kumenunggu lagi. Berharap kau datang membawa sejuta rasamu. Sejuta rasa yang indah-indah yang pernah kau ungkapkan padaku. Sejuta pesonamu yang telah meluluh lantakkan isi dalam hatiku. Dan seolah ku tak ingin berbagi dengan yang lain. Kumau itu semua hanya untukku. Dan kaupun tak datang lagi. Dan seperti biasa akupun akan selalu memberimu maaf. Atas hati ini yang sudah kau cabik-cabik dengan kebimbanganmu. Sampai kapan ?
Â
Hari ini tidak biasa. Meski hatiku gundah, namun ku masih bisa tersenyum. Kau tak kan tahu itu. Aku tahu kau tak kan datang. Dan akupun tak berharap kau datang. Cukup sudah, ku tak perlu menyiapkan kata maaf untukmu. Hanya satu kata maaf tersisa, untukku sendiri. Dan kutahu ku harus menghentikan rasa ini. Semua rasa indah dan perih yang telah kucoba curahkan saat kau tak datang. Dan akhirnya kusadari, semua rasamu memang bukan untukku. Arrgghhh……tidak selamanya selingkuh itu indah ya……qeqeqeqeqeqe
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H