Mohon tunggu...
Hanik Nura
Hanik Nura Mohon Tunggu... -

wanita mandiri, suka masak, suka musik, suka film

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Benteng Bersahabat

1 Agustus 2010   14:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:24 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada sms masuk dari sahabatku, bunyinya :"aku mau keluar ya sama Dimas, titip seperti biasa". Tak kubalas sms itu. Sudah kesekian kalinya sms seperti itu dan aku selalu menjadi bentengnya.

Sahabatku, sebenarnya aku merasa berdosa melakukan semua ini. Aku merasa bukan sahabat yang baik bagi dirimu. Tapi disisi lain, naluri sebagai sesama perempuan mampu merontokan rasa bersalahku. Apakah semua ini yang membuat kita bertahan dalam persahabatan ? Karena arti sahabat adalah orang yang bisa berbagi dalam suka dan duka, perih sekalipun.

Semakin lama semakin aku sadar, telah membawamu ke jurang dosa yang lebih dalam. Yang jika semua ini terkuak, akan menyakiti orang-orang yang selama ini telah menyayangimu. Dan aku akan semakin merasa berdosa, jika kelak orang-orang itu akan berbalik menjauhimu. Terbesit dalam hati, sanggupkah aku menyayangimu seperti mereka menyayangimu dengan tulus, dengan tanpa berpikir bahwa orang yang selama ini mereka sayangi telah menorehkan luka yang sangat perih ? Akankan mereka memaafkan aku jika selama ini aku telah membentengimu ?

Tekadku semakin bulat, ku harus segera membuka rahasia ini, sebuah kenyataan yang sangat pahit ini kepada orang-orang tersayangmu. Bahwa kau telah mengkhianati suamimu, membohongi anak-anakmu. Bahwa kau telah mengkhianati sahabatmu yang lain, yang suaminya telah kau selingkuhi di depan mataku. Kuharap mereka semua bisa memaafkan kita berdua.

Maafkan aku sahabatku, aku tidak bisa menjadi bentengmu yang kuat. Bentengmu ini makin lama makin rapuh oleh rasa berdosa dan bersalah. Dan dilubuk hati terdalam, aku juga merasakan duri tajammu.

Buat sahabatku yang lain, maafkan diriku yang terlalu lama menyembunyikan aib ini. Maafkan aku jika akhirnya kau harus tahu kenyataan pahit ini.

Dan kubersorak akhirnya bentengku telah runtuh........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun