Mohon tunggu...
Adhe Junaedi Sholat
Adhe Junaedi Sholat Mohon Tunggu... Buruh - Memahamimu. Memahamiku

Catatan pendek dari pikiran panjang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sekomandi, Maha Karya Kalumpang Dipamerkan di Dubai

2 Juli 2022   16:28 Diperbarui: 2 Juli 2022   16:30 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto adhe junaedi sholat

Setelah benang memiliki warna dasar, langkah selanjutnya adalah Sumau' atau pembentukan motif. Proses ini dilakukan dengan cara mengikat benang yang sudah dipintal dengan tali rafia untuk membentuk motif. Alatnya sendiri disebut Katadan. Lama pengerjaan motif juga bisa sampai berbulan-bulan.

Ini adalah proses penting yang membutuhkan konsentrasi tinggi, sebab jika ada satu benang yang tidak diatur sesuai pola, maka keseluruhan pola atau motif akan berantakan. Jika semua benang-benang tersebut sudah diatur satu persatu sesuai dengan pola atau motif, benang tersebut sudah siap untuk ditenun.

Langkah terakhir yakni proses menenun. Alatnya sendiri disebut dengan Gedogan. Alatnya terbuat dari bambu dan kayu, yang fungsinya hanya untuk mengaitkan benang lungsi saja. Terdapat dua ujung bilah kayu dan bambu pada alat ini. Ujung pertama dikaitkan pada tiang atau pondasi rumah, sedangkan ujung satunya diikat pada badan penenun.

Pada saat menenun, posisi penenun duduk di lantai kemudian mulailah penenun menenun dengan meletakkan benang lungsi dan pakan secara bergantian. Alat tenun Gedogan tidak hanya menghasilkan sehelai kain tenun yang indah tetapi juga menghasilkan kain tenun yang berkualitas tinggi karena dikerjakan dengan sangat cermat dan teliti sehingga memakan waktu yang lama.

"Segala proses yang rumit dan panjang itu sehingga harga dari Sekomandi, mahal. Tapi, yang mengatakan mahal rata-rata karena tidak tahu proses panjangnya. Apalagi, dalam setiap prosesnya dibuat dengan alat-alat tradisional," ungkapnya.

Di sela-sela percakapan, Bunga juga menceritakan sejarah Sekomandi bermotif Ulukarua. Motif tersebut ditemukan pertama kali di Dusun Lebani, Desa Karataun, Kecamatan Kalumpang. Motif itu ditemukan di salah satu gua di Karataun, saat kakeknya berburu.

Saat berburu, seekor anjing neneknya itu tiba-tiba masuk ke dalam gua. Anjingnya seharian tidak keluar-keluar dari gua, hingga kakeknya berpikir bahwa anjingnya itu sudah mati. Namun, setelah berjam-jam anjing tersebut keluar sambil menggigit kain bermotif Ulukarua. Kain itu kemudian dibawa pulang ke rumah.

"Sejak saat itu, saya puya kakek kemudian seperti diilhami, dibisiki terus agar membuat motif Ulukarua. Setia saat ia dibisik bagaimana cara membuat motif itu. Dia kerja terus sampai selesai itu kain," sebutnya.

Bungalia menjelaskan, arti Ulukarua adalah Ulu kepala dan Karua delapan, Itu berarti delapan kepala atau delapan penguasa dalam satu kampung. Seperti Tobara', Tobara' Bondan, Tobara' Pendamping, Tomakaka dan seterusnya.

"Di Kalumpang memang sudah ada tenunan yang sudah dibikin nenek moyang. Tapi hanya tidak bermotif, hanya polos putih. Kain itu digunakan sebagai selimut," ungkapnya.

Hingga akhirnya beberapa lembar kain Sekomandi berhasil dipamerkan di Dubai Expo 2020 berkat dorongan dari Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Sulbar. Kain yang dibawa ke Dubai pun bukan kain sembarangan, tapi memiliki sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun