Mohon tunggu...
Muhammad Farid
Muhammad Farid Mohon Tunggu... Relawan - Pegiat Literasi

Relawan dan Pegiat Literasi; Founder: Perpustakaan Berjalan Kaohsiung; Author: Ruang Kontemplasi (2017); e-mail: adhefarid@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Toleransi Universal

16 Maret 2016   17:27 Diperbarui: 18 Maret 2016   02:09 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dokumen Pribadi. Bersama Vantai di salah satu acara kampus"][/caption]Liburan musim dingin telah melampaui 10 hari dari jadwal, tidak ada niat sedikitpun untuk menunda kembali ke Kaohsiung. Kondisi pemulihan pasca operasilah yang menjadi alasan tetap tinggal di Makassar. Informasi dari teman dan pembimbing yang mengkhawatirkanku seketika kuterima, hal ini wajar karena hingga memasuki minggu kedua belum hadir masuk ke kelas. Setelah memberikan penjelasan via media sosial, akhirnya mereka memahami keadaanku dan menyarankan untuk fokus beristirahat sambil menyampaikan batas akhir pendaftaran mata kuliah.

Siapa teman sekamarku di asrama mahasiswa belumlah aku tahu. Semester lalu aku sekamar dengan mahasiswa program magister dari Vietnam.  Namanya Vantai, dia seorang teman yang baik. Sebagai mahasiswa baru yang tinggal di asrama, bantuannya begitu berarti, mulai menjelaskan tentang peraturan di asrama, fasilitas yang tersedia, informasi yang kadang tidak kumengeri (dalam bahasa mandarin) dan menunjukkan beberapa tempat untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Dalam berkomunikasi kami menggunakan bahasa inggris, sesekali dia mengajarkan bahasa Mandarin, dan saat tertentu dengan bercanda aku menyapanya dengan bahasa Vietnam.

Saat waktu shalat magrib tiba di hari pertama, saya meminta izin kepada Vantai dengan harapan agar dia tidak terganggu dengan aktivitas ibadah yang akan kulakukan. Sambil menjelaskan tentang mengapa saya harus melakukan shalat dan berapa kali sehari secara singkat. Beberapa kali dia bertanya tentang puasa sunnah yang aku lakukan, saat terbangun mencium bau ikan kaleng yang aku masak di rice cooker untuk menyiapkan  makan sahur di tengah malam. Sesekali dia menawarkan untuk masak dan makan bersama, dengan penuh pengertian dia mendengarkan penjelasanku bahwa saya tidak mengkomsumsi beberapa makanan (non halal) dan tidak meminum alkohol.

Alhamdulillah, satu semester berlalu dia berhasil menyelesaikan studinya pada program magister dan akan kembali ke negaranya pada akhir Januari. Sebulan sebelum kami berpisah, dia menjelaskan keinginannya untuk berkunjung ke Bali dalam rangkaian rencana honeymoon dan akan menikah di pertengahan Tahun 2016. 

Dua hari sebelum kami berpisah, dia mengajakku untuk mengunjungi salah satu warung makan Indonesia di main station. Rupanya dia penasaran dengan makanan Indonesia, sambil memandangi makanan yang tersedia dan bertanya apa namanya. Alangkah kagetnya, saat dia mengambil jengkol. Saya menjelaskan untuk mencoba satu biji terlebih dahulu, kalau suka barulah nambah. Tapi yang dengan semangatnya langsung mengambil lima potong. Tanpa terasa sepiring nasi + tempe goreng + sayur + perkedel jagung + jengkol dilahap dengan nikmat. "Thank you very much Farid", ucapnya. Kamipun meninggalkan warung Zainal Abidin.

Saat packing barang, dengan ramahnya dia menawarkan beberapa barang yang diberikan secara cuma-cuma. "nggak usahlah untuk saya, kan banyak teman-teman dari vietnam yang lain", kataku. Namun dia telah menyiapkan beberapa barang lainnya, untuk sahabatnya yang satu negara. Sayapun mengucapkan terima kasih kepadanya atas pertemanan yang telah dibangun, walaupun hanya satu semester.

Teman sekamar untuk semester ini juga berasal dari Vietnam, gilirannya saya yang menawarkan bantuan bila dia membutuhkan. Dia datang lebih awal, dan pengalaman yang sama saat masuk waktu shalat Dzuhur meminta izin kembali agar tidak mengganggu. Diapun bertanya, "mengapa anda harus shalat dan berapa kali sehari" ?. Alhamdulillah, sambil tersenyum dengan sabar aku jelaskan kepadanya.

Setelah memulai aktivitas perkuliahan, dan kembali aktif di laboratorium. Saya menawarkan ke teman-teman lab. bagaimana kalau kita makan bersama. Di laboratorium, hanya saya saja mahasiswa dari Indonesia. Mereka menanyakan makanan apa saja yang bisa aku makan. "Hanya ikan dan vegetarian food", ungkapku. Sambil tersenyum dan mengangguk tanda setuju, kamipun sepakat untuk mengumpulkan dana tiap orang 200 NT dollar. 

Waktu yang dinanti tiba, bersama teman-teman kami membersihkan sayur-sayuran yang dibeli di pasar tradisional dekat kampus. Setelah semuanya hadir, dengan menggunakan kompor listrik dan panci yang berisi air. Semua bahan makananan diletakkan di sekitar panci, kami duduk mengelilingi. Beberapa makanan non halal dijelaskan oleh seorang teman, awalnya saya berpikir "bagaimana teknis masaknya nanti yah" atau aku minta izin kabur saja. Namun, mereka menjelaskan bahwa makanan tersebut telah siap saji. 

Satu persatu bumbu sayur dimasukkan, dan sebelum dimasukkan mereka akan mengkomfirmasi apakah saya bisa makan atau tidak. Mulai dari memasukkan ikan, kami selanjutnya memasukkan ke mangkok secara bergiliran. Selanjutnya beberapa jenis sayuran dan diselingi dengan memasukkan tahu. Mereka tetap menyantap makanan non halal, sebagai bentuk penghargaan yang luarbiasa kami menikmati makanan yang dimasak bersama yaitu Ikan dan vegetarian food. Teh hijau menemani makan malam kami di lab dan diakhiri dengan makan buah-buahan.

Terima kasih kawan-kawanku, hari ini kalian telah  mengajarkanku makna toleransi universal. Memberikan ruang dalam menjalankan ibadah dan menikmati makanan  dengan menjunjung tinggi keyakinan masing-masing telah kita lakoni bersama di kampus ini.

 

Kaohsiung, 11 Maret 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun