Menikmati hidangan makanan yang terbuat dari mie, tidak lengkap rasanya bila tidak menggunakan sumpit (chopstick). Namun hal tersebut masih pilihan, kalaupun tidak ingin menggunakannya, pemilik warung tetap menyediakan sendok dan garpu bagi anda.
Lain halnya bila kita berkunjung ke warung makan di negeri Taiwan, China atau Jepang. Menikmati makanan apapun itu, akan disediakan sumpit. Kita akan menemukan di pojok meja tertata rapi sumpit dari bahan bambu yang dibungkus plastik atau sumpit yang telah terbuka diletakkan di hadapan kita, yang terbuat dari bahan melamin.
Bagi yang belum terbiasa, akan terasa kaku bahkan sempat frustasi. Makanan yang dijepit tak kunjung juga naik, kapan makannya nih, ah..pakai sendok atau pakai tangan saja. Namun, para pengunjung lainnya akan memperhatikan seketika bila melihat ada pengunjung yang tidak pakai sumpit. Ala bisa karena biasa, akhirnya dapat menggunakan sumpit dengan baik. Yang lalu gunakan sumpit untuk makan mie, sekarang makan nasi dan laukpun sudah terbiasa dengan sumpit.
Awal kedatangan di Taiwan saya sering memperhatikan orang-orang membawa sumpit sendiri, sebagian besar terbuat dari bahan stainless steel. Saat itu hanya berpikir, mungkin ini untuk efisiensi membantu pemilik warung atau mereka ingin memastikan bahwa sumpit yang digunakan steril. Setiap selesai makan, konsumen langsung membuang sumpit bambu yang telah digunakan. Terbesit ide, bagaimana seandainya bila sumpit tersebut didaur ulang untuk peruntukan produk lainnya.
Setiap berkunjung ke warung vegetarian, selalu termotivasi untuk mengadakan riset pemanfaatan limbah sumpit. Terbayang bisa mengoptimalkan limbah tersebut dengan beragam produk. Beberapa bulan kemudian, kegelisahan tentang pemanfaatan sumpit bekas akhirnya terjawab. Diskusi di warung pojok sambil menikmati dòujiāng (soya bean) dan danbing (egg crape), seorang teman menjelaskan tentang makna tanda pada bagian atas sumpit.
Dia menjelaskan, kalau tidak ada tanda sama sekali berarti sumpit ini masih baru. Apabila terdapat tanda satu garis, menunjukkan sumpit ini telah didaur ulang sebanyak satu kali seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah. Begitupun seterusnya, bila tandanya 2 atau 3 menunjukkan berapa kali telah didaur ulang.
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/01/23/img-5839-jpg-56a3a305a4afbd930ad9b994.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
Malam hari, aku coba berkunjung ke warung vegetarian langganan. Memperhatikan satu persatu sumpit yang ada di atas meja, wow... ternyata beberapa sumpit telah didaur ulang sebanyak 2 - 3 kali. Bagaimana dengan efek yang ditimbulkan dengan menggunakan sumpit daur ulang? Berbagai referensi tetap memperbolehkan penggunaanya, tentunya pihak-pihak terkait akan selektif dengan regulasi produksi sumpit bekas, terutama perihal kesterilannya. Alternatif lain, kalaupun masih ragu anda bisa membawa setiap saat sumpit berbahan stainless steel.
Kaohsiung, 23 Januari 2016.