"Sedari dulu aku tak suka minum kopi, bahkan sampai sekarang, Namun sangat tergila-gila dengan aromanya...ahhhh harum sekali". Mampu menggunggah jiwa-jiwa kosong batinku.
****
 Entah mengapa ku iyakan inginmu, ketika membawaku menuju gerai kopi dengan logo Syren si putri duyung kembar itu, "Dingin atau panas ? tanyamu..sebenarnya malam itu Genting terasa sangat dingin, tapi aku memilih Iced caffe Americano, asal sebut karena memang ga ada ide sama sekali soal kopi.Â
"Kamu masih kuat kan untuk jalan-jalan? kita keliling yuk, ajaknya" sambil menyeruput es kopi, lagi-lagi ku iyakan pintanya...heuh terkaget aku dengan rasa kopi yang sedikit kuat..ahhh tak mungkin ku buang, sayang, kalau di Jakarta belum tentu juga ku beli sendiri..rugi pikirku, biarlah ku minum saja.
Ku tahu dari gelagat mu, ingin sekali menggandeng tangan ku, buru-buru ku bilang padanya, ini negeri melayu tak boleh sembarangan jalan dengan bukan muhrimnya, "Hahaha" kau pun tersipu malu-malu, berhasil juga tipuanku, kau langsung memberi jarak ketika melangkah, kau memilih berjalan 2 langkah di depanku. Andai saja bisa...aku akan memilihmu, menggandeng tanganmu. Kau memang penuh pesona, usia muda, mapan, ku dengar banyak wanita mendekati mu...
Kembali menyisir toko-toko di sepanjang jalan yang kita lewati, kau membelikan t-shirt warna biru dan pink gambar penguin kesukaanku dan sendal model terbaru dari merk terkenal di Malaysia saat itu, tak sadar kopi ku telah habis, tak ku rasa juga kuatnya kopi yang tadi awal begitu mengganguku, mabuk kepayang kah aku pada cintamu...ah tidak..tidak, aku harus terus sadar.
"Terima kasih untuk cintamu padaku yang tak pernah kau utarakan, aku pun tak pernah berharap kau menyatakannya, biarlah kita tetap menjadi teman, sama seperti dulu kita pernah menghabiskan liburan di Bali, aku masih menyimpan celana pendek yang dulu sering bener orang menyebutnya celana hawai darimu sebagai oleh-oleh untukku. sama seperti kita pernah nongkrong bareng di Kelapa Gading ketika kau baru saja mendarat dari Surabaya, terburu-buru ku temui dirimu karna tak enak hati.
Aku menyegerakan pertemuan di hari sabtu itu juga karna hari minggu aku ada les bahasa Mandarin. Tak ada yang berubah, sampai saat ini kita sama-sama berada di Genting, kita hanya akan tetap menjadi teman...Yang berubah sekarang aku meminum kopi, Yach kopi tanda persahabatan kita, aku tak ingin menjadi bagian dalam hidup mu, saat itu atau pun di masa datang..entah jika terlahir kembali.
Kopi ini tak pahit bagiku, begitupun hidup....
Genting, Agustus 2006