Mohon tunggu...
Karnia Adhasia
Karnia Adhasia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Love Jesus Love My Dad Love my Family and thanks to Gravity for make me down to earth "literally"... xoxoxo

Selanjutnya

Tutup

Catatan

"Emotional Abuse" di Kantor Part I

19 Oktober 2013   13:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:19 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya bukan pengalaman yang baik untuk diceritakan, tapi semoga saja dapat menjadi renungan dan refleksi yang bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan diluar sana. Langsung kepada inti cerita, jadi saya bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan training karyawan. Dan suatu kali ada seorang karyawan yang adalah teman saya di bbm sebut saja toyib menannyakan mengenai training yang ia request ,saya untuk mencoba menjelaskan kepadanya bahwa training yang ia request tidak sesuai dengan TNA (training need analysis ) yang diproposed sebelumnya, sehingga training tersebut pasti akan di reject. Kemudian saya juga mencoba menjelaskan secara detail akan status training tsb kepada superintendent saya,yang mana beliau langsung mengkoordinasikan kepada superior toyib mengenai training yg direquest oleh bawahannya.  Akan tetapi penjelasan saya sepertinya kurang dimengerti atasannya karena superior teman saya tsb kembali menanyakan kepadanya perihal training tersebut. dan yang kemudian ditanyakan kembali oleh toyib kepada saya.  Hal ini menjadi lingkaran setan yang tak berujung, sehingga saya mencoba mendiskusikannya dengan officer diatas saya yang biasanya bertanggung jawab untuk training karyawan, mari kita sebut dia Bunga. Dan ternyata si bunga menelpon superintendent saya yang malahan menyebabkan  percikan  miskomunikasi muncul.

Entah intelegensi superintendent saya yang ada diatas rata-rata sehingga penyampaian verbal saya sangat susah dipahami olehnya.  Kembali kepada plot cerita; jadi setelah superintendent saya menutup telpon dengan si bunga, ia memanggil saya dan berkata “ kamu itu orangnya bebal juga, sudah saya sampaikan sebelumnya melalui email dan telpon akan training tersebut. nanti atasan si toyib yang akan mencarikan training tersebut… blah,…..blah…blah (untuk menjaga emosi saya tetap stabil) secara otomatis saya memerintahkan otak saya untuk berkoordinasi dengan telinga saya untuk lumpuh sementara, sehingga kata-kata yang ia lontarkan tidak perlu diproses dalam otak saya. Jadi saya terus saja menatap wajahnya, mencoba serius untuk mendengarkan saat ia memarahi saya. Kemudian saat saya baru saja ingin membuka mulut saya untuk menyampaikan sesuatu he told me to “tutup mulutmu” dan pada saat itu tiba-tiba saja rasanya saya ingin melempar wedges 7 cm yang saya gunakan ke mukanya. tetapi saat itu juga saya sadar, bahwa perangai seseorang sangat dipengaruhi akan pengetahuan yang dimilikinya. Kata-kata yang ia muntahkan kepada saya sangat mencerminkan kepribadian yang ia miliki. Dan jika saya membencinya ataupun mendendam karena perlakuan nya tersebut,  hal tersebut hanya akan menjadikan diri saya sama sepertinya atau bahkan lebih buruk. Terkadang pembenaran diri yang dipaksakan malah berdampak negative terhadap diri sendiri dan orang lain. Dan ujung-ujungnya ia menyuruh saya untuk kembali mencarikan training bagi si toyib. Padahal sebelumnya saya disalahkan karena hendak berinisiatif melakukan hal tersebut.

Kecenderungan manusia untuk menghindari kesalahan dan melimpahkannya terhadap orang lain, membuat pribadi kita menjadi kreatif untuk menyatakan berbagai alasan yang berakibat mengorbankan perasaan dan harga diri orang lain  agar kesalahan tersebut tidak jatuh kepada kita. Mungkin hal ini merupakan asumsi terbaik yang dapat saya rangkum atas 10 menit muntahan kata-kata yang ia lontarkan. Dalam interaksi social khususnya dilingkungan kerja sangat dibutuhkan kecerdasan dan kebijaksanaan dalam bertindak maupun berkata-kata, kini tergantung kepada anda semua yang membaca ulasan saya pada siang hari ini.  Bagaimana anda memperlakukan orang lain ataupun menerima perlakuan dari orang yang jelas-jelas harusnya menjadi panutan. Terimikici.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun