Mohon tunggu...
Adha Nur Suci Dewanti
Adha Nur Suci Dewanti Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Sebelas Maret

Saya suka membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menggali Kekayaan Budaya: Keunikan Teknik Putaran Miring dalam Pembuatan Gerabah di Desa Melikan, Klaten

13 Juni 2024   03:35 Diperbarui: 13 Juni 2024   04:30 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di balik perkembangan teknologi dan modernisasi yang pesat, terdapat kekayaan tak ternilai dalam keberagaman budaya Indonesia. Salah satunya yaitu teknik putaran miring dalam pembuatan gerabah yang menjadi ciri khas Desa Melikan, Klaten. Teknik ini membawa berkah bagi masyarakat setempat sekaligus menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya tak benda (WBTB) nasional.


Desa Melikan, terletak di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, merupakan salah satu tempat di Indonesia yang terkenal dengan potensi kerajinan gerabahnya. Desa Melikan adalah sebuah desa yang memiliki pemandangan alam yang indah dengan bukit-bukit yang ditumbuhi pohon-pohon besar yang rindang. Hamparan sawah khas pedesaan juga turut menambah daya Tarik bagi Desa Melikan. Pesona alam Desa Melikan terlihat menarik bagi wisatawan, namun bukan itu yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan melainkan industri kerajinan gerabah di Desa Melikan khususnya di Dukuh Pagerjurang dan Dukuh Sayangan. 

Kerajinan gerabah di Desa Melikan dianggap unik dan langka karena adanya teknik putaran miring. Teknik ini juga memiliki filosofi, yaitu menghormati pengrajin perempuan. Kearifan lokal dalam industri gerabah inilah yang akhirnya membuat Desa Melikan dapat digolongkan menjadi desa wisata. Di sepanjang Jalan Sunan Pandanaran, banyak rumah industri gerabah. Dalam rumah-rumah tersebut, puluhan perajin gerabah menggunakan teknik putaran miring yang telah diwariskan secara turun temurun.


Teknik putaran miring di Desa Melikan bukan hanya sekadar keahlian, melainkan juga merupakan sejarah dan identitas masyarakat setempat. Sudah lebih dari 300 tahun lalu, nenek moyang mengembangkan teknik ini, untuk memudahkan pekerjaan para perajin perempuan, memungkinkan mereka tetap berkarya meski menggunakan pakaian tradisional seperti kebaya.


Tak heran jika kemudian pada tahun 2022, teknik putaran miring resmi ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda nasional oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Langkah ini tidak hanya menjadikan keberadaan teknik ini sebagai bagian integral dari kekayaan budaya Indonesia, tetapi juga memberikan pengakuan akan pentingnya melestarikan tradisi-tradisi lokal yang unik.


Meskipun telah diakui sebagai bagian dari warisan budaya nasional, Desa Melikan terus memadukan tradisi dengan inovasi, mereka terus berusaha mengangkat kerajinan gerabah ke tingkat yang lebih tinggi. Sehingga, rumah-rumah industri gerabah di Desa Melikan menjadi tujuan kunjungan bagi tokoh publik, seniman, dan bahkan wisatawan mancanegara.


Tidak hanya menjadi bagian dari identitas budaya, kerajinan gerabah juga menjadi katalisator bagi pembangunan ekonomi lokal. Hampir 80% dari perajin gerabah di Desa Melikan adalah perempuan, yang sebelumnya mungkin tidak memiliki pekerjaan tetap. Dengan adanya industri gerabah, mereka tidak hanya mendapatkan penghasilan, tetapi juga dapat merasakan kebanggaan atas karya mereka yang dihargai oleh masyarakat luas.
Keberadaan kerajinan gerabah di Desa Melikan ternyata juga memiliki kaitan dengan sejarah agama Islam di wilayah tersebut. Dipercaya bahwa kerajinan gerabah sudah ditemukan sejak Sunan Pandanaran menyebarkan agama Islam pada abad ke-15. Dengan adanya Gentong Sinogo berukiran naga yang terletak di gapura Makam Sunan Pandanaran, keyakinan ini semakin menguat.


Melalui keberhasilan teknik putaran miring dalam pembuatan gerabah, Desa Melikan telah membuktikan bahwa melestarikan tradisi tidak selalu berarti terpaku pada masa lalu. Namun, dengan melestarikan tradisi dengan terus mengembangkan inovasi, mereka membuka pintu untuk masa depan yang lebih cerah. Diharapkan, kekayaan budaya ini akan terus dipromosikan dan mendapat perhatian dari berbagai pihak, sehingga dapat terus menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.


Teknik putaran miring dalam pembuatan gerabah di Desa Melikan, Klaten, bukan hanya sebuah keahlian, tetapi juga merupakan sebuah warisan budaya yang memiliki makna mendalam. Dengan pengakuan sebagai warisan budaya tak benda nasional, teknik ini menjadi bukti betapa pentingnya melestarikan kekayaan budaya Indonesia. Melalui kombinasi antara tradisi dan inovasi, Desa Melikan membawa harapan untuk masa depan yang lebih gemilang, di mana keberagaman budaya terus dijaga dan dihargai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun