Sudahlah… tidak perlu terlalu keras berpikir.
Tidak, aku bukannya menyuruhmu untuk berhenti berpikir.Kau luar biasa justru karena kau terus berpikir, mencegahmu menjadi tolol dan bebal.
Itu yang suka darimu…
Jangan tumpuk seluruh keruwetan ini. Tak perlu memikul beban berat, merasa dapat menyelesaikannya sendiri. Aku yakin kau sanggup menemukan solusi… hanya saja… tak usah paksakan diri.
Kau lelah, aku tahu, tak perlu membohongiku.
Bersantailah sejenak, lupakan sejenak kusutnya problematika yang ada. Sebab sungguh aku tak ingin kau kelelahan dan akhirnya jatuh sakit –atau lebih buruk lagi. Sebab sungguh aku tak sudi ada secuil ihwal buruk yang menimpamu, menyakitimu. Sebab ku mau senantiasa menjagamu, melindungimu.
Itu karena aku mencintaimu…
Kaulah yang buat hidupku bermakna. Kau yang bukakan mata, perlihatkan luasnya cakrawala. Kau kebanggaanku, karena kau buatku bangga pada diriku sendiri. Bangga meski jutaan kelemahan dan keburukan menggelayuti. Kau sempurnakan aku dalam ketidak-sempurnaan ini.
Jadi… jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Terima kasih kau tidak berhenti berpikir, tetapi kumohon, jangan terlalu banyak pikiran. Don't stop thinking but don't over-do it. Aku takkan bisa hidup utuh tanpa kecemerlanganmu di tiap hirupan nafasku…
Kau pelitaku. Aku mencintaimu… wahai otakku…
[Adham T. Fusama]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H