Mengenalkan budaya baca di masyarakat adalah satu di antara banyak hal lainnya untuk menghidupkan masyarakat yang produktif. Sebab kita dituntut untuk terus aktif dan bergerak. Menciptakan banyak sumber daya manusia demi kehidupan dan penghidupan di era digital dan globalisasi yang serba cepat ini. Kita sudah terlalu jauh tertinggal dari wilayah-wilayah lainnya.Â
Sudah saatnya menjadi produsen bukan lagi konsumen.
Kehadiran taman baca, misalnya di alun-alun kota, tentu saja akan disambut baik oleh masyarakat. Atau mungkin menerapkan cara lain, ambil contoh setiap Kepala Desa dilibatkan, dan di satu desa ada satu taman baca atau perpustakaan mini. Kemudian dibentuklah pangurus-pengurusnya di masing-masing teritorial desa itu. Satu hal yang terpenting adalah pengemasannya haruslah menarik. Lebih-lebih bagi anak-anak, remaja hingga para pemuda.
Boleh dikata, kita adalah masyarakat yang senang didesak. Anggaplah membaca sebagai pembentukan dari kebudayaan yang baru, maka untuk menimbulkan dan melahirkan keinginan membaca adalah dengan cara: dipaksa, lalu bisa, jadi terbiasa dan terciptalah sebuah budaya. Karena harus diakui, mau bagaimanapun, kita adalah masyarakat yang kurang banyak membaca.[]
Cilegon, 27 September 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H