Mohon tunggu...
Kang Ade Truna
Kang Ade Truna Mohon Tunggu... Full Time Blogger - https://kangade.web.id

Driver 1k km Palu - Mamuju - Tana Toraja ajang Datsun Risers Expedition 2 Etape 2 Sulawesi || Redaktur LDII PC Soreang || Fasilitator UMKM (Gapura Digital). https://ldiisrg.web.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Musik Medio 1992

9 Juli 2012   03:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:09 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara tentang musik medio 1992, saya akan mengajak Kompasianer untuk 'terbang'  ke Bandung untuk kembali mengenang masa-masa saat itu. 1992, masyarakat atau pemusik Bandung cenderung memainkan musik hard rock semisal, Whitesnake, Helloween, Mötley Crue, Poison, hingga Europe dan Bon Jovi. Saya saksikan sendiri, beberapa teman musisi 'panggung Agustusan' -waktu itu- memainkan nomor-nomor lagu glam-rock semisal, Never Say Goodbye, The Final Countdown, Unskinny Bop, The Future World, dan Dr. Feelgood. Kemudian taklama setelah itu, muncul genre musik yang agak lain - berbeda, baik dari segi penampilan dan musik yang dimainkan, The Red Hot Chili Peppers. Kehadirannya langsung menggedor pintu-pintu hati penikmat musik saat itu, termasuk saya.

Tentunya pembaca masih ingat dengan nomor, Under The Bridge, salah satu lagu bertempo slow dari RHCP. FYI - Lagu Under The Bridge merupakan lagu yang dirilis pada 10 Maret 1992, salah satu lagu yang tergabung dengan lagu lainnya dari album, Blood Sugar Sex magik. Under The Bridge juga yang membawa RHCP menjadi pemenang 'Viewer's Choice Award' serta 'Breakthrough Video' pada ajang MTV Video Music Award 1992. MTV. Sebuah fenomena yang bisa dibilang gebrakan baru bagi dunia pertelevisian Indonesia. Setelah salah satu TV lokal membawanya untuk dihadirkan di tengah-tengah pemirsa tv yang hari itu kenyang dengan acara sinetron-sinetron laga. Taklama setelah itu, MTV dikenal seluruh lapisan masyarakat termasuk salah satu acaranya -yang saya yakin, banyak pembaca yang juga memfavoritkannya- MTV Unplugged. Dua tahun kemudian, 1994 - Imbas dari MTV Unplugged, di Bandung -waktu itu, acaranya di Gelora Saparua- di gelar sebuah festival Band dengan format Unplugged, saat itu yang namanya 'unplugged' betul-betul menjadi 'trending topic'. Dua band yang menjadi pemenang festival unplugged adalah Invorno -yang kini entah kemana, sedangkan satunya lagi -ini yang juara sejati!- Pure Saturday. Pure Saturday (PS) bisa dibilang sebagai dedengkot atau biang atau moyangnya untuk skena musik indie di Bandung. Dengan membawa warna musik baru, PS sama sekali tidak nge-rock a la RHCP. Merekalah yang membawa nafas musik Inggris. Mulailah hari itu, sebuah jargon 'Britpop' turut menyeruak ke seluruh sudut-sudut kancah pergaulan dan musik di Bandung. Satu per satu masyarakat penikmat musik Bandung mulai mencari-cari musik britpop. Hingga semua orang akhirnya bangga bisa memiliki beberapa koleksi lagu, baik Morrissey, Stone Roses, atau Oasis. Fenomena lain yang terjadi di skena band indie Bandung, penikmat musik serta musisi mulai mencari-cari format musik di luar Britpop. Salah satunya adalah Swedish Pop Music. Musiknya cenderung bernuansa vintage tapi tetap berkesan moderen. Itulah ciri khas musik yang dimainkan oleh band asal Swedia. Swedia merupakan negeri yang melahirkan band legendaris saat ini, The Cardigans. Pada 1992 - satu per satu masyarakat musik Bandung mulai mengetahui band The Cardigan yang terbentuk di kota Jönköping, Swedia pada 1992. Dengan warna musiknya yang pop vintage namun moderen, The Cardigans telah menjadi acuan beberapa band indie di Bandung. Hingga akhirnya, lahirlah band-band mengusung format musik senafas dengan The Cardigans, satu di antaranya La Luna. Informasi: The Cardigans akan manggung di Jakarta. Baik La Luna atau Pure Saturday, kini terbilang sukses dan eksis. Orisinalitas warna musik mereka hari ini sudah 'bulat melingkar sempurna' dengan karakter dengan ciri masing-masing yang khas. Kabarnya, PS kini tengah disibukkan dengan serangkaian pagelaran, 'puresaturday-The Grey Concert' -yang merupakan bagian dari promosi album terbaru, 'Grey'- di beberapa kota. Sedangkan La Luna, saya simak pada beberapa radio di Bandung hari ini gencar melakukan promosi melalui album barunya, "Lembaran Baru".

"Oh iya, Manik -vokalis La Luna kini mengenakan hijab. Mungkin ini makna dari 'lembaran baru' yang menjadi title untuk album terbaru mereka." ~ Menurut saya

Itu saja, "Musik Medio 1992" yang telah menorehkan kenangan masa lalu yang dalam di hati ini. Bagaimana dengan Kompasianer?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun