Mohon tunggu...
Kang Ade Truna
Kang Ade Truna Mohon Tunggu... Full Time Blogger - https://kangade.web.id

Driver 1k km Palu - Mamuju - Tana Toraja ajang Datsun Risers Expedition 2 Etape 2 Sulawesi || Redaktur LDII PC Soreang || Fasilitator UMKM (Gapura Digital). https://ldiisrg.web.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hilal yang Jauh di Mata dan Dekat di Hati

13 Juli 2015   13:03 Diperbarui: 13 Juli 2015   13:24 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semarah-marahnya bapak, tetap sayang sama anaknya. Hal ini dibuktikan oleh Mahmud kepada anaknya Hilal...

Hubungan antar sesama manusia di dalam aktifitas sehari-hari memang suka aneh. Di dalam masyarakat terkecil, yaitu keluarga misalnya seringkali terjadi konflik. Anak dengan anak, anak dengan ibu atau anak dengan ayah. Penyebab timbulnya konflik bisa bermacam-macam; karena sudah besar, merasa bisa menjadi anak yang mandiri hingga prinsip dasar pun dicari dengan caranya sendiri, atau si anak jarang pulang terlalu sibuk dengan urusan pergaulannya di luar rumah - ini bisa juga membuat orangtua memendam rasa amarah ...

Tapi pada dasarnya, Hilal Jauh di mata namun dekat di hati Mahmud. Apalagi dalam napak tilas pencarian Hilal, pasangan bapak-anak ini kian dekat dari yang tadinya dingin takada diskusi panjang, komunikasi pendek menjadi mencair dan menghangat dari hari ke hari ... 

Sang sutradara lewat Mencari Hilal mengajak penonton untuk memahami bahwa perbedaan sebagai pemicu konflik pada akhirnya bisa diselesaikan atas kesadaran manusianya itu sendiri. Seperti Mahmud (diperankan oleh Deddy Sutomo), sosok yang religius, memiliki watak yang pragmatis; kebenaran yang didasari oleh alquran harus disampaikan dengan jujur walaupun membuat orang lain menerimanya merasa pahit. Beberapa kali adegan dalam skena yang mempertontonkan Mahmud bicara dengan berlandaskan hukum dalam Alquran dan lawan bicaranya takpernah mau menerima hingga marah. Contohnya; di dalam berdagang tidak semata-mata cari untung tapi juga dalam rangka beribadah. Karena prinsip ini, pedagang lain berduyun-duyun menghampiri rumah mahmud dan dalam berdemo, pedagang lain meminta Mahmud agar tidak menjual barang dagangan dengan harga di bawah pedagan lain.

Atau yang sangat saya ingat, waktu adegan Mahmud dan Heli (diperankan oleh Oka Antara) tengah di dalam bis kota. Awalnya, Mahmud bertanya waktu sholat, tapi sudah 2 masjid kok oleh sopir hanya dilewati saja tidak mampiri dulu untuk melaksanakan sholat. Keadaan semakin genting waktu sopir minum air karena haus padahal sedang waktu puasa, Mahmud mulai berdakwah dengan kalimat apa adanya sesuai yang disebutkan dalam alquran sampai-sampai keluar kata-kata disiksa di dalam neraka. Sopir tidak terima dengan semua ucapan Mahmud, saking emosinya sopir memerintahkan kondektur untuk menurunkan kedua pasangan bapak dan Anak dari bis, "Sampeyan ini Tuhan apa? Suruh dia turun!" kesal sang sopir.

Itu sebagian adegan yang ditampilkan dalam Film Mencari Hilal. Dan rupanya, Hilal yang dicari oleh Mahmud menjadi dua makna, Mencari Hilal sebab Mahmud ingin mengenang masa lalu yang pernah kirab dengan berusaha mencapai puncak bukit guna membuktikan sendiri awal Idul Fitri lalu makna lainnya adalah Hilal selaku Anak yang selama ini dia benci akhirnya bisa 'ditemukan'.

Ada banyak sekali contoh hablulminalloh hubungan manusia dengan Tuhannya dalam skena diwakili oleh Mahmud, dan hablulminanas, hubungan manusia dengan manusia dalam skena diwakili oleh Heli. Bapak dan anak ini pada akhirnya saling mengisi, Mahmud berperangai agamis seringkali 'melupakan' hubungan sesama manusia karena selalu membuat lawan bicara gerah atau merah kupingnya. Hilal saking piawai-nya bergaul di masyarakat, pandai berorganisasi, memiliki jiwa leadership yang baik malah menggiringnya kepada kehidupan agnostik.

Apa yang dimaksud dengan saling mengisi antara Mahmud dan Heli dalam film Mencari Hilal? Bukankah bapak dan anak ini saling benci? Ternyata di balik jiwa arogansinya Heli takkuasa menahan tangis ... [sumber]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun