Mohon tunggu...
Kang Ade
Kang Ade Mohon Tunggu... profesional -

Driver 1k km Palu - Mamuju - Tana Toraja ajang Datsun Risers Expedition 2 Etape 2 Sulawesi. www.kliksoreang.com | Email: info@individualis.me | http://individualis.me

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Lebih Mengenal Balitbang PU Sambil Ber-Zumba Ria di CFD Dago Bandung

5 Desember 2017   23:56 Diperbarui: 6 Desember 2017   00:31 1306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cukup larut juga saya dan beberapa teman blogger serta Kompasianer yang berkesempatan berbincang-bincang bersama pak Arief. Dan saya sempat menanyakan permasalahan sampah dan banjir.

Saat ditanya tentang persoalan banjir dan sampah yang terjadi di kota Bandung, menurut Arief- sudah saatnya saat ini masyarakat mengubah pola pikir dari membuang sampah menjadi mengelola sampah.

Pemerintah berusaha memberdayakan program 3R(reduce, reuse, recycle) praktiknya dengan mengajarkan masyarakat untuk mampu memilah sampah. 

"Ketika menemukan sampah yang memiliki nilai kompos bisa dijadikan kompos. Jadi bagi ibu-ibu yang mampu melakukan pemilahan sampah dan mengelola sampah dengan baik, di situ bisa menghasilkan ekonomi," tegas Arief.

Saat ditanya ada ataukah tidak pelatihan tentang bagaimana melakukan pemilahan dan mengelola sampah, pak Arief kembali menjawab bahwa pemerintah biasanya melakukan sosialisasi tentang 3R tersebut.

Dan di Indonesia termasuk di Bandung, pemahaman tentang pemilahan sampah merupakan 'pekerjaan rumah' besar. Pasalnya, masyarakat memiliki pengetahuan yang minim tentang cara pemilahan sampah. Padahal, pemilahan sampah adalah kunci utama dalam pengelolaan sampah.

"Jangan pernah memiliki anggapan, 'sampah itu harus dibuang' akan tetapi 'harus dikelola'," ujar Arief.

Pemahaman tersebut terjadi karena sampah dianggap tidak memiliki nilai ekonomi. Orang-orang cenderung membuang sampah. Cara membuang sampah pun sembarangan, kadang ke sungai, ke parit, dibiarkan berserakan di jalanan.

"Akibatnya sungai menjadi mampet kemudian di saat musim hujan seperti sekarang (Nopember 2017) menjadi banjir. Lalu yang disalahkan pemerintah padahal semua itu ulah manusianya sebagai warga masyarakat," tambah Arief.

Bila melihat sungai-sungai di Bandung masih banyak dicampuri sampah. "Siapa itu yang membuangnya? Tidak mungkin Dinas Kebersihan membuang sampah sembarangan ke sungai?" kata Arief yang disambut tawa saya dan teman-teman.

Masyarakat terkecil yaitu keluarga bisa memulai untuk memahami tentang pemilahan dan pengelolaan sampah. Setidaknya di rumah tangga kita, sedikitnya ada 2 tempat sampah; sampah organik dan sampah non organik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun