Mohon tunggu...
Ade Surya Prasetyo
Ade Surya Prasetyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Udayana

I am an Economics student with a passion for driving growth and innovation in the business sector. Known for my analytical mindset and interpersonal skills, I thrive in dynamic environments where I can collaborate with diverse teams to create impactful solutions. From my experience in financial management and business development, I’ve honed my abilities in strategic planning, stakeholder management, and effective communication. My hands-on involvement in smart city initiatives and market analysis has deepened my understanding of how innovative solutions can shape communities and drive meaningful change.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menyoroti Fenomena Brain Drain di Indonesia

22 Januari 2025   11:23 Diperbarui: 22 Januari 2025   11:38 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut cambridge dictionarty Brain drain adalah hilangnya banyak tenaga kerja yang sangat terampil dan berpendidikan tinggi dari suatu negara ke negara lain di mana mereka dapat menghasilkan lebih banyak uang atau mendapatkan kondisi hidup yang lebih baik.

Fenomena brain drain menjadi salah satu tantangan serius bagi Indonesia yang sedang menghadapi bonus demografi yang puncaknya akan terjadi pada tahun 2030. Bonus demografi dapat menjadi peluang yang dimanfaatkan Indonesia untuk menjadi negara maju

Selama periode 2019 hingga 2022, tercatat sebanyak 3.912 Warga Negara Indonesia (WNI) memilih untuk menjadi warga negara Singapura. Sebagian besar dari mereka adalah individu dengan keahlian khusus yang tertarik oleh peluang kerja, infrastruktur, dan sistem pendidikan yang lebih unggul di Singapura.

Fenomena brain drain ini tidak lepas dari sejumlah faktor pendorong. Di luar negeri, para tenaga kerja Indonesia merasa lebih dihargai, baik dari segi pengakuan profesional maupun kesempatan karir. Selain itu, tawaran gaji yang lebih kompetitif serta jaminan masa depan yang lebih jelas, seperti akses terhadap layanan kesehatan, keamanan sosial, dan lingkungan kerja yang mendukung, menjadi daya tarik yang sulit diabaikan. Hal ini menunjukkan perlunya langkah strategis untuk meningkatkan daya tarik dan retensi tenaga kerja berbakat di Indonesia agar potensi mereka dapat berkontribusi pada pembangunan bangsa.

Berdasarkan analisis World Bank, brain drain dapat memiliki konsekuensi serius di berbagai sektor. Dari segi ekonomi, hilangnya tenaga kerja berketerampilan tinggi menyebabkan kerugian investasi pendidikan yang telah dikeluarkan negara, penurunan potensi inovasi dan produktivitas nasional, melemahnya daya saing ekonomi jangka panjang, serta kehilangan potensi pajak dari tenaga kerja ahli.

Di sektor kesehatan, kekurangan tenaga medis spesialis di daerah menyebabkan meningkatnya beban kerja pada tenaga kesehatan yang tersisa dan memperlebar kesenjangan pelayanan antara kota besar dan daerah terpencil.

Sektor pendidikan juga terdampak dengan berkurangnya tenaga pengajar berkualitas, menurunnya kualitas penelitian di perguruan tinggi, serta terhambatnya transfer pengetahuan dan teknologi.

Secara sosial, brain drain memperbesar kesenjangan pembangunan antar wilayah, menghambat pengembangan SDM nasional, dan mengurangi jumlah role model bagi generasi muda.

Namun, jika dikelola dengan baik, fenomena ini dapat memberikan dampak positif, seperti peningkatan remitansi dari pekerja luar negeri, transfer pengetahuan saat para profesional kembali, terbentuknya jaringan diaspora untuk mendukung pembangunan, serta peningkatan standar profesionalisme melalui paparan internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun