Mohon tunggu...
Des Semar
Des Semar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penyucian Jiwa Menuju Tuhan

23 Februari 2019   03:44 Diperbarui: 23 Februari 2019   03:58 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secukupnya saja.
Dalam buku Bedah Tuntas fitrah Ayatullah Muthahhari  menuliskan dua kebutuhan manusia yakni kebutuhan material dan rohani/spritual. setiap yang hidup menerima sepenuhya kebutuhan material, bagaimana dengan kebutuhan rohani? bagaimana membuktikannya? 

dalil apa yang harus dipakai untuk mengargumentasikannya perkara kebutuhan ini. nah! Jika kebutuhan material makan minum dapat kita lakukan dengan dorongan naluriah, maka kebutuhan rohani lahir dari kesadaran yang transenden oleh jiwa yang sadar atas orientasi kehidupan.

Efek yang dimunculkan dari dua kebutuhan itupun berbeda - beda. apabila kita lapar maka makanlah hingga kenyang, namun hal itu berbeda dilihat dari sudut spritulitas  sebagaimana  nabi mengatakan " makan sebelum lapar, berhenti sebelum kenyang" jelas ! bahwa makan dalam dalil kenabian bukan bersifat insting, b

ertujuan kenyang melainkan bertujuan rohani bahwa makan sendiri sebagai perjalanan spritualitas jiwa manusia. terdapat indikasi bahwa kebutuhan rohani/spritualitas manusia mendahului tuntutan kebutuhan material dan mengakhiri disaat nafsu lapar ingin menghabisinya. Maka keserba kecukupan pada material merupakan bentuk orientasi rohani, karena jiwa menyaksikan keindahan diantara material tidak mendominasinya.

Ala kulli  hal, kebutuhan spritualitas itu muncul ditengah kesadaran akan diri kita terhadap hubungan dengan material disatu sisi, dan disisi lain kebutuhan rohani itu muncul karena kesadaran fitrawi dalam jiwa yang sublim. Beginilah hidup pelatihan spritualitas haruslah dibangun dari kesadaran sublim jiwa untuk menyempurna. agar kekuatan jiwa menyusun pendidikan sebagai nutrisi jiwa terus melewati stasiunnya. 

kita yang lambat makan bisa terkena penyakit magh, jarang minum air bisa terkena dehidrasi serta sembarang makan bisa terkena diabetes dan lain-lain. jika hal itu kita terapkan pada kebutuhan rohani yang semua serba terlambat dan salah nutrisi rohani maka kerusakan jiwa lebih para dari pada  kerusakan fisikli.

kesadaran akan mengalami transenden terhadap jiwa yang mutlak, manusia tidak mampu dalam menahan laju keaktifan jiwa. Dalam teleologi persepsi " jiwa yang aktif (kreatif) selalu mencari pelaku aktif (fi'il) untuk jiwa menjadi aktif. Dengan begitu kebutuhan rohani dikarenakan jiwa selalu aktif dalam mengelaborasi dirinya.  Pada titik dan kondisi ini manusia berada dalam evolusi keseimbangan kemanusiaan.
Potret keseimbangan dan puncak rohani ada pada diri Nabi muhammad SAW.

Secara tidak langsung kita mengalami gerak yg memiliki potensi aksidental dan substansial maka dari itu sejatinya kemanusiaan harus mengaktualkan substansi fitrah secara individu dan sosial dalam perwujudan menghamba kepada TUHAN dengan sifat feminisme kita sebagai manusia.

Wallahu Alam Bissawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun