[caption id="attachment_300471" align="aligncenter" width="300" caption="(gambar diambil dari Google.com)"]
[/caption]
Hari Senin, 24 Maret 2014 pukul 22.00 waktu Kuala Lumpur, PM Nadjib Razak mengumumkan bahwa penerbangan MH 370 diperkirakan telah jatuh di samudra Hindia sekitar 1500 mil arah barat daya kota Perth Australia.
Pengumuman tersebut dikeluarkan oleh pemerintah Malaysia yang juga di ikuti dengan pemberitahuan dari pihak maskapai MAS kepada keluarga Korban.
Pesawat diperkirakan jatuh karena kehabisan bahan bakar dan seluruh penumpang diperkirakan meninggal. Apa yang menyebabkan pesawat tersebut menyimpang dari dari route penerbangan semula, sangat menarik untuk diperhatikan, terlebih setelah kompas merilis gambar lokasi jatuh serta kemungkinan rute yang diambil pesawat tersebut (Harian KOMPAS 25/03/2014 halaman 1)
[caption id="attachment_300487" align="aligncenter" width="450" caption="Gambar diambil dari stuff.co.nz"]
[caption id="attachment_300491" align="aligncenter" width="1068" caption="Gambar dari KOMPAS tgl 25/03/2014 Halaman 1"]
Pada gambar yang masih menjadi teka-teki tersebut, menarik dilihat bahwa menurut perkiraan pertama pada awalnya setelah melenceng dari rute KUL – PEK, pesawat tersebut memutar menuju arah laut Cina Selatan kearah Penang dan dekat dengan wilayah Thailand kemudian melewati laut Andaman dan menuju selatan melintasi samudra Hindia hingga jatuh. Rute ini hasil analisa ahli dari pihak NTSB dan pengakuan radar militer Thailan dan Malaysia yang mengatakan sempat terjadi kontak radar dengan MAS MH370 tersebut.
Yang menarik diperhatikan adalah rute perkiraan (keterangan dari harian KOMPAS) bahwa ada rute kedua yang diberi tanda merah, yang menurut analisa tenaga ahli dari INMARSAT merupakan rute yang dilalui oleh pesawat B-777 tersebut.
Agak terperangah melihat gambar dan keterangan di KOMPAS bahwa rute tersebut melewati wilayah Indonesia bagian dalam, dan bukan melalui pesisir pantai Indonesia. Pesawat tersebut melewati perairan Sumatra, melintas diatas pulau Jawa dan ke selatan hingga lokasi yang diperkirakan jatuhnya pesawat tersebut.
Jika memang rute tersebut benar, mengapa radar Indonesia tidak bisa menangkap jejak pesawat tersebut. Meskipun transponder pada pesawat dimatikan, tetapi pada layar radar akan tampak noktah pesawat tersebut, sehingga seharusnya akan tampak pada radar ATC Soekarno Hatta.
Yang lebih menakutkan lagi adalah, mengapa satuan radar militer tidak menangkap benda tersebut, padahal bila memang asumsinya seperti itu, maka dari mulai berbelok arah ke rute garis merah tersebut, satuan radar militer Indonesia seharusnya sudah bisa menjejak pesawat tersebut.