Mohon tunggu...
Ade Suerani
Ade Suerani Mohon Tunggu... -

Orang Muna, tinggal di Kendari Sultra.\r\nklik juga :\r\nadetentangotda.wordpress.com\r\nadesuerani.wordpress.com\r\nadekendari.blogdetik.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pembenaran Vs Kebenaran

21 Maret 2010   02:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:17 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cerita disebuah negeri khayalan, disebuah laboratorium akhlaq untuk menguji judul diatas.

Suatu ketika Abu Nawas di undang Sultan Harun Al Rasyid ke istananya untuk membantu memecahkan beberapa persoalan kerajaan. Sesampainya disana, Abu Nawas menghadiri rapat, tapi sebelumnya mesti mengganti bajunya yang lusuh jelek dengan pakaian yang layak lagi bagus. Satu hal yang diherankan Sultan, Abu Nawas tidak mau mengganti pecinya dengan peci yang disediakan istana.

“Kenapa Abu Nawas”, tanya Sultan.
“Begini Sultan. Dalam peci ini ada pemandangan surga jannatul firdaus, tapi hanya orang-orang jujur yang bisa melihatnya” , terang Abu Nawas.
“Betulkah”, tanya Sultan keheranan.
“Silahkan dicoba”, lanjut Abu Nawas.

Sultan langsung menyuruh menteri-menterinya melihat pemandangan Jannatul Firdaus untuk menguji kejujuran mereka.  Seorang menteri yang pertama, mengaku menyaksikan indahnya jannatul firdaus di peci jelek Abu Nawas.
Lanjut menteri yang kedua, gemeteran, karena takut tidak bisa menyaksikan pemandangan itu akibat ketidakjujuran yang selama ini diperbuatnya. “Oh iya, saya menyaksikan surga di peci Abu Nawas. Bagus, bagus dan indah”, jawabnya ketika ditanya Sultan.

Selanjutnya, satu persatu semua menteri mengaku melihat surga jannatul firdaus di peci busuk Abu Nawas.

Kini giliran Sultan untuk menguji kejujurannya. “Wahai Abu Nawas, aku celaka! Aku tidak melihat apa-apa di pecimu itu, selain kegelapan dan bau yang tidak sedap. Apakah aku tidak jujur” Sultan kebingunan dengan penelitian uji aklaqnya ini. ”

Abu Nawas tersenyum, angguk-angguk “Duhai Sultan, sesungguhnya di peciku itu tidak ada apa-apa selain seperti yang engkau saksikan. Kini terjawab sudah permasalahan negeri ini, bahwa menteri-mentermu itu bukan orang-orang yang jujur.  Mereka berbohong melihat surga jannatul firdaus. Mereka mencari pembenaran, bukan kebenaran” Akhirnya semua menteri Sultan, di pecat tidak terhormat. (***)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun