Mohon tunggu...
ade subasar
ade subasar Mohon Tunggu... -

ade subasar lahir di sebuah perkampungan yang jauh dari keramayan. hidup dalam bimbingan orang tua yang bersifat keras. hidup dalam kemiskinan namun penuh semangat untuk merubah diri. lahir tgl 07 januari 1991 di bekasi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hidupku Kadaluarsa

30 November 2010   03:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:11 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam diam aku menanyakan hal yang tak pernah terpikir dalam benaku."siapakah aku sebenarnya, robot apa manusia". aku tak pernah lelah tak pernah letih seperti manusia biasa. "juki, lo gak berangkat ke pantai hari ini" seorang lelaki bertubuh kekar menghampiriku. "juka-juki, namaku julkifli prasetya" jawabku melotot pada si baron yang bertubuh kekar. "hehehehe, ya apapun namamu toh sama aja muka lo kaya beruk" "kurang ajar lo bilang gue kaya beruk. daripada lo badan kekar tapi selalu kalah sama gue kalau naik sama pecahin kelapa pake kepala" "alah lo jul baru bisa mecahin kepala pake kelapa aja belagu" mecahin kelapa pake kepala baron bukan kepala pake kelapa" "aduh bngung gw yang mana yang bener" "udah deh ayo kita berangkat" aku mengajak baron berangkat ke pantai untuk memetik kepala eh kelapa, tuh kan salah mulu.

Pantai yang sepi dan lengang, sepertinya para bajak laut yang biasa mangkal sudah pada bubar. bukan bajak laut si tapi petani garam yang membajak laut seperti membajak sawah pake kerbau. kehidupan para petani garam yang di bawah garis kemiskinanan, bahkan saking dibawahnya gada yang sadar akan keberadaannya. apalagi negara kita yamg sekuler dan sangat liberal ini gak mau perhatiin rakyatnya yang sengsara bahkan nyaris menderita. bukan nyaris lagi tapi emang udah menderita.

Aku hari itu lomba manjat kelapa dan ngejatuhin sebanyak-banyaknya kelapa yang sudah matang. kelapa ko matang kaya berenuk aja. "satu, dua, tigaaaaaaa" hap hep hap hep hap hep kami berdua sudah nangkring di atas pohon kelapa. lalu berlomba menjatuhkan buah kelapa sebanyak-banyaknya. namun alangkah sialnya, tiba tiba terdengar suara orang berteriak2 dari bawah "hey beruk mau kalian apain kelapa saya" seru seorang lelaki berjenggot tanpa kumis di bawah" "hah yang punya pohon kelapa jul, ayo kita kabur" akhirnya kami turun dan kabur tunggang langgang ke arah laut. "hah hoh hah hoh suara cape dari mulu ku dan baron terdengar".

Dua hari kemudian setelah acara ketauan maling kelapa, datang dua orng polisi ke rumahku. aku liat si baron tengah di borgol. "wah hebat kamu ron sekarang udah gaul sama polisi" seruku pada si baron, namun tiba-tiba kedua polisi itu juga memborgolku. "aih apa2an ini aku gak mau ikut2an main borgol2an kaya gini.

Ternyata yang punya pohon kelapa melaporkan kami ke polisi dan akhirnya kami mendekam di kantor polisi bersama begundal2 negara yang suka korupsi. namun anehnya kami makan dengan sayur nangka dengan ikan asin sedangkan para narapidana kasus korupsi makannya dengan sayur sop kambing ikannya ayam yang d goreng pake kecap. alah ko beda ya? memang negara ini sudah kadaluarsa.

sekian ceritaq saat hidup di negara sekuler.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun