Mohon tunggu...
Ades Justitia Mustofa
Ades Justitia Mustofa Mohon Tunggu... -

Seseorang yang ingin mengenal diri sendiri, mengingatkan diri sendiri,belajar dan berbagi, dengan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Djakarta [dua Ribu untuk Sebuah Cerita Dari Bus Kota]

31 Januari 2011   12:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:01 3
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat malam.

Sebenarnya tulisan kali ini adalah pengalaman saya yang sudah cukup lama tentang bus kota. Tulisan ini sempat saya posting ke salah satu blog saya. Tidak ada salahnya saya share kembali untuk merefresh pelajaran-pelajaran yang saya dapat darinya. Iya, dari sebuah bus kota.

.sebuah cerita tentang pelajaran hidup..

Tadi siang saya naik bus kota (lagi) setelah sekian lama tidak.
Bus kota jurusan terminal kampung melayu-Blok M,dua ribu rupiah dengan sensasi yang selalu luar biasa.
Sebenarnya saya bisa saja naik bus transjakarta yang dingin dan tidak macet itu.Tapi saya sengaja naik bus ini,bukan cari sensasi,bukan juga karena terkena penyakit klasik:tanggal tua,tetapi saya ingin sedikit bernostalgia.

Bus kota yang lebih dominan karat daripada cat nya.
Tempat duduknya yang sudah berubah warna dari aslinya,
dan tentu saja coretan tipe-x anak-anak alay kurang kerjaan yang memenuhi dinding-dindingnya.
Bus yang dulu seminggu sekali menjadi langganan saya.

Alhamdulilah,
saya mendapatkan tempat duduk yang strategis.
sehingga AC nya tidak kalah dengan AC bus transjakarta,
iya,Angin C(J)endela plus debu-debu jakarta.
Ada alasan kenapa saya memilih bus ini,bus yang bisa di bilang hampir tidak layak jalan karena kondisi yang terlihat,bukan..bukan hanya terlihat,tapi benar-benar memprihatinkan.
Banyak pelajaran yang saya dapat di sini,tidak kalah berharga dengan ilmu yang saya beli berjuta-juta disalah satu universitas swasta di Jakarta,hanya dengan dua ribu rupiah saja.

Dan ini cerita saya:
Baru saja duduk di tempat duduk strategis yang sudah saya ceritakan tadi, saya disambut lagu seroja (kalau tidak salah judulnya itu) yang dibawakan dua orang pengamen dengan versi akustikan.
Lusuh,tapi suaranya tidak seburuk penampilannya. Amazing, dengan cengkok melayu sempurna dan petikan gitar tua yang memesona.
Subhanallah..Benar-benar tidak boleh melihat orang hanya dari luarnya saja, yap itu jadi pelajaran pertama. Allah menciptakan seseorang dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jangan buru-buru men-judge orang hanya dari tampilan luarnya saja. Pengamen itu menyimpan berjuta kelebihan dibalik segala kekurangannya.

Tidak lama kemudian, ada seorang bapak setengah baya menawarkan semacam alat untuk memotong sayur. Sepuluh ribu harganya. Namanya juga Jakarta, semua barang bisa ditawarkan di bus kota, dari dvd bajakan sampai alat pemotong sayur. Keringat membasahi bajunya, matanya terlihat sayu, mungkin semalam tidak tidur memikirkan keluarganya. Dan di bus kota siang ini, nampaknya bapak ini kurang beruntung, tidak ada satupun yang membeli, saya pun tidak. Saya belum perlu alat pemotong sayur itu. Tetapi dia tetap tersenyum,santun,dan semangat menawarkan barang dagangannya.
Dan ini jadi pelajaran kedua: Jangan pernah putus asa. Allah tidak menyukai orang yang berputus asa. Jika salah satu pintu tertutup masih ada pintu-pintu lain yang terbuka, tapi sayangnya manusia banyak yang terpaku meratapi pintu yang sudah tertutup itu dan tidak melihat peluang lain. Bersabar dan berusaha.

Bapak itu berlalu, bus mulai menjalankan roda-rodanya.
dengan suara mesin yang sudah tidak terlalu nyaman di telinga.
Satu pengamen datang lagi. Kali ini anak kecil,emm kira-kira kelas 3 SD
membawa gitar kecil, membawakan lagu opick kalo ga salah.
Suaranya kecil tapi lantang, selantang dia menantang jalanan Jakarta.
Gitar kecil yang bernada ,suara yang cenderung mendayu-dayu dan biasa-biasa saja.
Tetapi seperti ada sesuatu yang ingin dia sampaikan lewat lagu itu, sehingga lagunya menjadi bernyawa.
Saya yakin bukan hanya saya saja yang iba,
Kemana ibunya?Sudah makan atau kah belum anak ini?Dimana dia tinggal?
Ini pelajaran ketiga saya, saya harus bersyukur, harus lebih bersyukur.
Ketika saya seumuran dia, hari minggu, saya di rumah bercanda bersama keluarga,
tetapi dia?
Sudah memikirkan entah nanti makan apa, sudah bergelut dengan kejamnya ibu kota, berteriak menghibur penumpang bus kota termasuk saya.
Sungguh, Alhamdulillah ya Allah Engkau berikan masa kecil yang indah kepada saya.

Sudah tidak ada pengamen atau penjual lagi setelah itu,tetapi yang saya rasakan bus semakin penuh, semakin banyak penumpang yang berdiri dan menutupi sirkulasi angin yang beberapa menit yang lalu membuai saya.
Panas jakarta jam 11 siang di dalam bus kota plus macet..mantap sudah!
Ada yang bingung cari kertas dari tas nya untuk kipas-kipas, ada yang kipas-kipas pake tangan sambil berdesis kesal, ada yang mengeluh, dan lain sebagainya.
Dan saya ? Selama saya masih bisa merasakan panas,  akan saya nikmati. Mengutuk panasnya jakarta, malah akan semakin menambah dasyatnya suasana bus kota, seperti direbus hidup-hidup. Anggap saja itu sauna murah meriah 2000 rupiah.

Jika Tuhan memberimu jeruk ubahlah menjadi sari jeruk-promod batra


Anggap saja kejadian sauna bus kota adalah buah jeruk yang sangat masam, lalu selanjutnya kitalah yang harus mengubah suasana itu seperti kita menjadikan sari jeruk, yang sudah kita beri gula sesuka kita, atau mungkin sudah di simpan dalam lemari pendingin. Dan hanya kita yang bisa melakukan itu, seperti itu pula hidup, kita mau mengeluh, mau menikmati, mau mengumpat, itu pilihan masing-masing individu.
Dan pelajaran selanjutnya: saya mau sari jeruk saja.. haha

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun