Mohon tunggu...
Ade SetiawanSimon
Ade SetiawanSimon Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perahu Osman

25 Oktober 2023   05:41 Diperbarui: 25 Oktober 2023   05:54 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi baru tempo lima
Fajar masih sembunyi dalam cakrawala
Hawa pantai datang peluk anak nelayan
Karena bapa sedikit lagi sampai di jembatan

Ember plamir ukuran duapuluh lima kilo ditenteng
Amir jalan telanjang kaki menembusi setapak kampung
Aroma ikan kering temani Amir melangkah
Mengarahkan langkah Amir menuju pantai yang sedaritadi riuh

Pagi ini laut lagi kesal
Ombak datang tampar apa saja di depannya
Pantai Karang Jembatan jadi luapan kesal
Entah apa yang dibuat samudra membuat laut amuk

Perahu Osman lari terbirit dari kejaran ombak
Walau gopoh perahu Osman tiba di jembatan
Wajah girang dapat lewati ombak

Assalamualaikum, bapa dapat banyak cumi
Sambil telunjuk Osman menuding box kuning di sisi perahu
Alhamdulilah, Amir menyengir
Hari ini Amir bisa bayar uang sekolah

Pero, 25 Oktober 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun