Mohon tunggu...
Ade SetiawanSimon
Ade SetiawanSimon Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Xuan Zang Si Traveler

24 Januari 2023   20:39 Diperbarui: 24 Januari 2023   20:47 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: imdb.com

Aku kehilangan Xuan Zang kecilku sejak saat itu". Suasana tampak senyap ketika semua telinga dalam ruangan itu mendengar kata per kata yang keluar dari mulut wanita paruh bayah itu sembari semua mata tertuju pada biksu muda berbalut Kya jubah yang terdiri dari penggabungan tiga helaian kain yang dijahit menyatu yaitu antarvsa, uttarsaga, dan samghti yang disebut tricvara

Suasana riang tahun baru Imlek pada hari itu tiba-tiba menjadi muram durja, selebrasi hari raya berubah menjadi pengadilan bagi si biksu muda oleh keluarga besarnya. 

Keluarga besar Chen Hui sudah mengetahui prihal maksud dan tujuan kedatangan adik bungsu mereka berkunjung ke rumah ibunya. Ia datang hendak berpamitan kepada ibunya untuk selanjutnya akan melakukan perjalanan yang jauh, ke negri-negri dibalik pegunungan Chenha, menuju negri-negri antah barantah di pegungungan Himalaya, mencari jejak-jejak Siddhartha Gautama, ke negeri orang Aria. 

Sejak kecil Xuan Zang sudah diperkenakkan dengan sastra dan semenjak menjadi Sramenera novis pertapa Buddha, ia semakin menekuni dunia ilmu pengetahuan dengan membaca sastra Mahayana

Saat ditabiskan menjadi biksu pada usia duapuluh tahun Xuan Zang menjadi terobsesi untuk menemukan tulisan ajaran buddha dan memperdalam keilmuan. Keluarga besar menyadari bahwa sidang keluarga hari itu tak akan merubah niat dan rencananya untuk menghadapi segala aral dalam perjalanannya.

Setelah perayaan musim semi berakhir pagi-pagi buta Xuan Zang  berpamitan dan meminta restu ibu, perjalanan Zang ke negeri para dewa diiringi doa penyertaaan ibu.  

Xuan Zang melakukan perjalanan dari tanah kelahirannya dengan kuda hadiah dari pamannya serta bekal yang dikantonginya pada ransel rotan dipundaknya. Ia melihat perjalanan ini penting baginya untuk menambah hasanah cara pandangnya terhadap dunia dan keyakinan pada ajaran yang didalaminya, ditemani seekor kuda Zang melakukan perjalanan melintasi pegunungan dan menembus setapak pada hutan di wilayahnya, setelah melewati batas-batas wilayah tiongkok tibalah dia di gurun Gobi- Mokia Yen, gurun yang tak bertepi dengan pasir yang membentang seperti sutra yang melambai-lambai ditiup angin serta sengatan matahari sebagai atap gurun dan diselimuti dingin gurun menusuk hingga ke tulang pada malam hari. 

Ia tersesat selama berhari-hari membuat putus asa menghinggapinya seperti Minerva yang bertengger kaku pada ranting pohon ara, kehabisan air dan persediaan makanan membuat Zang kehabisan asa, namun sekonyong-konyongnya si kuda teman seperjalannya memandunya keluar dari Gobi.

Jalur sutra jadi jalan penghubung satu-satunya menuju India dengan segala gosip yang menakutinya sebelum melakukan perjalanan, Xuan Zang memberanikan diri melintasi selama berbulan-bulan menghadapi bandit berkuda yang saling serang dan menjarah satu sama lain di jalur yang bukan lagi jadi jalur sutra namun neraka bagi para pedagang dan peziarah yang melintasi.  

Namun perjalan nekat Xuan Zang membuatnya menjadi dikenal dan populer seiring bergulir waktu oleh para penduduk disekitar jalur sutra. Minat Xuan Zang pada ilmu pengetahuan membuat Zang menjadi betah di jalan, bercerita dan mengajar penduduk, mengenal budaya dan belajar bahasa penduduk asli, serta ia membuat catatan jalur perlintasan baru bagi para peziarah asal tiongkok kelak, ia membuat perlintasan baru untuk mengunjungi para pertapa dan biara di Afganistan, menuju Pakistan untuk menetap sementara untuk belajar, berjalan pada lereng-lereng Himalaya dan merekam masyarakat menghidupi ajaran-ajaran Buddha sebelum menuju India untuk tinggal dan menyerapi pengajaran Buddah serta menyebrang ke Sri Lanka mencari jejak pengajaran Buddha. 

Xuan Zang melintasi ribuan mil dan berkelana di 110 kerajaan disepanjang perlintasaannya. Zang berjalan untuk memenuhi hasrat keingintahuannya pada dunia dan keyakinannya, Xuan Zang menaruh harapan pada pengorbanan yang ia lakukan kelak mampu menjadi pengatahuan bagi saudara-saudaranya di tiongkok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun