Menurut para murid, guru yang ideal yang menjadi idolanya itu memiliki makna beragam, "guru yang tidak memberatkan murid", katanya. Â "Gurunya Baik", ujar yang lainnya. "Asik mengajar nya terserah kita" tambah yang lain, hingga "Guru yang bisa membuat muridnya sukses" tutur anak-anak saya.
Adapun menurut jawaban si sulung "Guru Ideal menurut saya : guru yang mampu memberikan metode pembelajaran yg efektif, inovatif, tegas namun menyenagkan," kata Mutiara Ulfa melalui pesan singkat whatsapp yang saya kutip copas.
Dilema Netralitas ASN Jelang Pemilu!
Kritik Mendidik ala "Bollywood" 3 Idiot
Tiga (three) Idiots adalah sebuah film yang pada bagian tertentu berkisah tentang  gambaran kondisi dunia pendidikan saat ini. Saya dan keluarga sudah menontonnya. Bahkan lebih dari sekali. Bersama-sama pula. Alur ceritanya ada kritik menarik, diselingi kelucuan dan humor tingkat tinggi, sehingga menginspirasi bagi siapapun yang menonton.
Film ini -- Bollywood -- yang menceritakan tentang tiga pelajar yang sedang menjalani Pendidikan di suatu sekolah yang menerapkan sistem Pendidikan yang otoriter, dan jauh dari kata merdeka atau bebas.
Disini kritik yang membangun sistem pendidikan disuguhkan melalui cerita dibungkus dengan unsur komedi. Sehingga seperti menggambarkan "realitas" di dunia pendidikan yang sebenarnya.
Berikut cuplikan sejumlah episode yang mendeskripsikan kritik membangun yang terkandung dalam film 3 Idiots:
Baca juga :Â Ini 5 Hal dalam UU ASN Baru yang Perlu Diketahui, Berikut Penjelasannya!
Sistem Pendidikan Berfokus Kompetisi, Sarat Hukuman, dan Penuh Senioritas
Saat memulai masa awal perbelajaran, kepala dari sekolah dari tiga pelajar tersebut mengatakan "Hidup adalah sebuah perlombaan, jika Anda lambat, maka Anda akan terinjak-injak" dengan kata lain, jika seorang pelajar tidak mampu bersaing dengan teman yang lain, maka ia akan kalah dan tersingkir.
Pada praktiknya, dengan sistem pendidikan seperti ini, akan membuat pelajar hanya berfokus bagaimana mereka harus mendapat nilai baik dan mengalahkan sesama pelajar yang lain. Mereka tidak lagi menikmati proses belajar dan momentum untuk menggali informasi dari apa yang dipelajarinya. Kisah tersebut jika dikaitkan dengan kritik Pendidikan kondisi sekarang, banyaknya pelajar yang bunuh diri lantaran tidak mendapatkan nilai yang diharapkan dan kemudian sang pelajar prustasi.