Mohon tunggu...
Ades Adrian
Ades Adrian Mohon Tunggu... profesional -

seorang pemerhati dunia kreatif indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

(WPC-20) Orang Penting di Balik Kesuksesan Photographer

12 September 2012   10:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:34 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pict from www.f295.org

Dunia teknologi kian maju dengan pesat saat ini, perubahan pola kreatif pun telah melambung tinggi dengan cepat. Mungkin sebagian dari kita telah mengenal sosok Dave hill sang photographer fenomenal dari Los Angles. Memiliki karakteristik yang unik berkat kepiawaiannya mengolah gambar menjadi sebuah karya seni yang tinggi. Namun sesungguhnya konsep dave telah dipakai di kalangan disainer grafis di belahan bumi lain sebelum beliau melejit bak Selebritis.

Ketika era teknologi merambah ke dalam dunia disain..metode montage photo di industri kreatif telah berubah 180 derajat, dimana saat dulu kita hanya mengenal mounting2 manual dengan konsep pop art dan art deco serta mix media photo dengan illustrasi manual. pada era ini banyak terlahir tekhnik2 fenomenal dari kalangan photographer, diantaranya tehnik ;

Sandwich adalah teknik photo untuk menghasilkan multiple-exposure efek. Ada beberapa macam teknik sandwich. Yang pertama teknik sandwich dalam teknik cetak. Bisa dilakukan dengan machine atau traditional darkroom. Yang kedua, dengan cara menggabungkan dua atau lebih slide-films, kemudian diduplikat. Ada lagi cara untuk menghasilkan multiple-exposure efek (selain dengan mempergunakan kemampuan double-exposure di camera), yaitu dengan cara mencetak lebih dari satu negative ke satu kertas (multiple-printing). Teknik ini hanya dapat dilakukan apabila kita punya darkroom akses. Bisa saja kita minta profesional lab untuk menyetaknya, tapi mereka tidak akan tahu persis apa yang kita mau. Terlebih lagi, teknik multiple-printing ini melibatkan teknik masking, local filtration .

[caption id="" align="alignnone" width="378" caption="tehnik ini berangkat dari tehnik sandwich film"][/caption]

Kemudian ada tehnik lumen print, Lumen Print merupakan salah satu cara membuat karya tanpa kamera yang merupakan aplikasi dari Alternative Photography yang hampir mirip dengan Fotogram, akan tetapi proses pengerjaannya sedikit berbeda. Menggambar atau melukis dengan cahaya merupakan esensi dari fotografi yang bisa kita jalankan meski tanpa kamera. Prinsip kerja Lumen Print cukup sederhana, yaitu menggunakan material peka cahaya berupa kertas foto BW (ilford, merit, lucky, dll), daun/bunga yang mempunyai tekstur menarik diletakkan di atas kertas foto dan ditindih dengan kaca (agar objek gambar tidak berubah karena goyang atau terkena angin), kemudian dijemur di bawah sinar Matahari atau dapat dilkukan di dalam ruangan dengan disinari dengan lampu UV, flash, ac slave, strobo , dll sesuai keinginan (tentu saja kondisi pencahayaan yang dibutuhkan akan berbeda). Lumen mampu menangkap esensi fisik dari spesimen tumbuhan dan membangkitkan nilai keindahan pada kertas foto.

[caption id="" align="alignnone" width="525" caption="pict from www.f295.org"]

[/caption]

Phanograph, atau Joiners, adalah teknik fotografi di mana satu gambar yang dirakit dari foto-foto beberapa lapis. Hal ini dapat dilakukan secara manual dengan cetakan atau dengan menggunakan perangkat lunak editing gambar digital. Panographs mungkin menyerupai tampilan wide-angle atau panorama adegan, mirip berlaku untuk fotografi panorama tersegmentasi atau jahitan gambar. Panograph adalah berbeda karena tepi tumpang tindih antara gambar yang berdekatan tidak dihapus, tepi menjadi bagian dari gambar. Panography demikian jenis montase dan satu set sub-kolase.

[caption id="" align="alignnone" width="300" caption="cikal bakal teknologi panorama (wikipedia)"]

[/caption]

Namun sejak kelahiran Adobe Photoshop kini lahir beribu-ribu teknih baru photographi. Yang bahkan tak terpikirkan sebelumnya, bahkan orang jelek bisa jadi cantik dan orang ganteng bisa jadi jelek!. Cost produksi untuk pemotretan kolosal juga dapat kita redam hanya dengan mencomot image dari berbagai sumber (yang tentunya halal untuk comot) lalu di satukan dalam software yang namanya Photoshop. Tapi pertanyaan besar apakah semua photographer dapat mengoperasikan software ini dengan tehnik-tehnik tingkat dewa seperti om Dave Hill? Dan apakah wajib bagi mereka? Jawaban tidak, karena menurut sudut pandang ku yang subjective ini, photographer sudah sangat berat memikul tanggung jawab dari hasil output itu sendiri, dimana ia harus mengarah kan gaya, mencari sudut pandang yang menarik, membuat konsep, mengatur cahaya, dan lain sebagainya. Sebagai mana dalam pertandingan rally, driver tidak akan mencapai finish tanpa seorang Navigator yang handal. Di indonesia sendiri telah lahir Digital Retouching Artis, seperti: Pandu Kharisma, Andrea Marpaung, Yus dan Anka. Dan output dari mereka bisa adalah retouching photo yang dahsyat. dedikasi telah di gunakan oleh beberapa photographer tersohor di tanah air, sebut saja Jerry Aurum, Darwis Triadi, Barry kusuma, Kristupa Saragih dan masih banyak lainnya. Namun nama-nama Digital Artis tersebut tidak pernah nongol dipermukaan. Sungguh mulia profesi mereka..... kalo menurutku mereka adalah “Orang penting dibalik kesuksesan Photographer”.

[caption id="" align="alignnone" width="614" caption="my tired (photo by Ades & Masgareng)"][/caption]

[caption id="" align="alignnone" width="619" caption="My Plane (Photo by Ades and Masgareng)"][/caption]

Nah untuk WPC kali ini kita ingin share sedikit tentang apa yang telah kita utarakan panjang kali lebar lapangan bola ini (hi..hi..) bersama Masgareng sucipto  dan Ades Adrian, kita berkolaborasi mebuat contoh Digital Retouching yang cupu (dibaca: Culun Punya) ini kepada teman-teman semua, selamat menikmati.

Salam kami

Ades Adrian F & Masgareng sucipto

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun