''Pak Ade mau tanya. Piala Soeratin U 17 untuk umum atau gimana. Tolong infonya. Terima kasih.''
Pertanyaan itu sudah ada di Facebook (FB) saya 25 Agustus 2016 pukul 21.35 WIB. Ditanya akun FB SSB Permata Junior yang biasanya ''dikendalikan'' Coach Roni. Pertanyaannya terkait status saya, ''Bersiap-siaplah anak SSB Erdeka Muda Batam untuk memperkuat klub Erdeka Muda FC!'' Lengkap dengan foto berita koran Batam Pos ''Asprov PSSI Kepri Siap Gulirkan Linus dan Piala Soeratin U17''.
Saya jawab pertanyaan itu keesokan paginya. ''Piala Soeratin pesertanya bukan SSB pak tapi klub anggota Asprov PSSI Kepri. Nah kami yg ikut itu klub Erdeka Muda FC bukan SSB Erdeka Muda, tapi pemainnya diutamakan dari SSB Erdeka Muda. Erdeka Muda FC sudah ikut Divisi 3 tahun 2013, lalu ikut Liga Nusantara (Linus) 2014. Tahun 2015 tak ada Linus di Kepri. Erdeka Muda FC sudah disahkan PSSI Pusat dalam kongresnya sebagai anggota PSSI. Untuk provinsi lain, malah peserta Soeratin itu bukan hanya klub Linus pak. Ikut juga klub ISL dan Divisi Utama. Kita di Kepri saja tak ada klub ISL dan Divisi Utama. Jika kurang jelas, search aja Google pak.''
Kadang pertanyaan seperti itu bikin kembali ingat masa lalu. Ketika ditugaskan bikin Sekolah Sepak Bola (SSB) oleh Chairman Riau Pos Grup (Batam Pos Grup) Rida K Liamsi tahun 2011. SSB Erdeka Muda diambil dari singkatan nama RDK (Erdeka), Rida K. Saat mengurus berbagai perizinan dan akte notaris, saya urus sekalian akte klub Erdeka Muda FC dan 11 akte terkait bola lainnya. Maksud hati, agar bila siswa SSB sudah besar bisa memperkuat klub itu.
Dulu hanya terpikir siapa tahu bisa ikut Divisi 3 Â dan Piala Soeratin. Karena Divisi 1, 2, 3 dilebur jadi Linus. Linus tetap sama dengan Divisi 3, kasta terendah kompetisi senior yang ada di PSSI tapi ada ''untungnya''. Gara-gara Linus, klub Erdeka Muda FC bisa setara PS Batam dan PSK Karimun, dedengkot sepak bola sejak masih bernaung dengan Provinsi Riau hingga kini Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Dulu, saya berdiri di lapangan sebagai jurnalis meliput PS Batam dan PSK Karimun. Sejak ada Erdeka Muda FC, saya bisa duduk di bench dan merasakan getaran jantung berbeda ketika lawannya PS Batam atau PSK Karimun .
Nah, baru tahun 2016 Â inilah sejak Erdeka Muda FC berdiri, ada Piala Soeratin di Kepri. Saya selaku ketua, mengambil inisiatif untuk fokus ikut Soeratin. Karena selama ini pun, meski Linus bebas umur, pemain kami tetap diutamakan dari siswa SSB Erdeka Muda yang tentu usianya tak jauh dari 17 tahun. Lagian, secara nasional, Linus saat ini bukan Linus seperti tahun 2014 yang ada promosi degradasi. Linus dianggap turnamen biasa, boleh ikut boleh tidak. Tanpa sanksi.
Malah, jika dianalisa lebih besar peluang juara di Soeratin Kepri ini. Karena hanya diikuti dua klub hingga tulisan ini dibuat. PSK Karimun dan Erdeka Muda FC. Tentu saja makin lebih besar peluangnya bagi PSK Karimun sang tuan rumah. Ini bakal jadi benar-benar partai hidup mati. Sekali menang, langsung juara!
Bagi saya, juara atau tidak Erdeka Muda FC tak terlalu soal di Piala Soeratin ini. Yang penting ikut karena sudah lama kami berkoar ke siswa dan ortu SSB Erdeka Muda tentang peluang ikut Piala Soeratin. Bukan menyindir PS Citramas, klub kaya tapi tidak ikut keduanya, Linus dan Soeratin. Setidaknya, tak sia-sia berjuang bikin 12 akte notaris. Tak sia-sia juga mengingat perjuangan almarhum Yakub Harahap yang selalu ''menantang'' saya bikin klub dan jadi anggota PSSI. Tak sia-sia juga beliau mengirimkan contoh fotokopi akte klub-klub amatir. Foto kopi yang dikirimkan dari Dumai ke anaknya di Batam, Yudi Candra untuk saya.
 Dan Yudi pula yang meletakkan fondasi filosofi kepelatihan di Erdeka. Baik di SSB maupun klubnya. Filosofi mengutamakan dan mempercayai pada anak didik sendiri di kejuaraan apa saja. Meski kini Yudi tak bersama kami lagi, dan siswa SSB Erdeka Muda banyak bertukar hobi dan pergi, kami tetap berusaha menegakkan filosofi dibawah kendali Coach Panji. Walau tertatih-tatih prestasi. Mungkin sama tertatihnya dengan PSSI yang kini meneruskan filosofi Soeratin Sosrosoegondo saat mendirikan PSSI. ####
(Penulis Ade Adran Syahlan bermukim di Batam. Dapat dihubungi melalui akun twitternya @adesyahlan. Tulisan ini telah terbit di koran Batam Pos edisi Minggu 28 Agustus 2016)
 Sumber