[caption caption="Philep Hansen, Pelatih PSPS Pekanbaru (foto GoRiau)"][/caption]''Bentar lagi aku datang. Ini masih di kantor. Mereka lagi latihan game, kan?''
Yang bicara di atas, teman masa kecil saya di Gobah, Pekanbaru. Philep Hansen, sang Pelatih Kepala PSPS Pekanbaru. Saya sengaja ingin melihatnya melatih pada Rabu sore 6 April 2016. Kebetulan saya lagi menjenguk orang tua di Pekanbaru. Sayang, hanya suaranya via telepon pukul 16.40 WIB, pengobat rindu padanya dan pada keadaan PSPS yang akan dibawanya ke ajang Indonesia Super Champions (ISC) B.
Saat saya tiba pukul 16.30 WIB di Stadion Mini Unri, latihan sepertinya nyantai sekali. Ada yang main kucing-kucingan, atau mungkin ini yang dimaksud game. Ada beberapa pemain terlihat seperti pemanasan. Terus terang, bagi saya, ini bukan seperti latihan klub yang pernah besar dan bertabur pemain nasional. Atau setidaknya, tim yang rindu kompetisi, lagian ISC B (selevel Divisi Utama) segera digelar akhir April ini.
Berkelebat pemikiran saya, mungkin memang seperti inilah cara sebuah klub Divisi Utama yang terakhir kompetisi resmi ada, memang kepayahan dana. Seakan tahu yang saya pikir, Philep diujung telepon berujar,''Pemain kami tak lengkap. Lagi ada pertandingan di Rumbai. Aku izinkan. Aku tetap pakai pemain kampung, De. Aku tetap utamakan pemain lokal Riau. Walau, aku juga berharap pemain lokal nasional bisa bergabung.''
Lokal Riau dan lokal nasional? Ya, Philep mengistilahkan itu. Lokal Riau, inilah yang disebutnya diambil dari kampung ke kampung. Apalagi dia memang pernah keliling kota/kabupaten Se-Riau untuk membentuk tim Pra PON Riau. Kini beberapa pemain tersebut, sudah terpilih di PSPS. Sedangkan yang lokal nasional, pemain yang bukan dari Riau tapi pernah membela PSPS di musim sebelumnya.
Yang untuk lokal nasional, Philep berkali-kali menyebut nama Novrianto. Padahal, Novrianto kini berkostum Semen Padang. Philep sepertinya ''melupakan'' nama-nama pemain asli Riau yang telah hengkang membela klub-klub besar saat PSPS kesulitan keuangan beberapa tahun lalu seperti Ambrizal, Ade Suhendra dll. Melupakannya memang pakai tanda petik, yang semua pecinta PSPS tahu sama tahu saja maksudnya.
Nah, optimiskah Philep dengan timnya untuk ISC B? Saya tak sempat tanya, juga tak mau saya tanyakan. Yang saya tahu, sejak kecil, kalau untuk urusan bola dia selalu yakin dengan timnya. Itu terbukti saat Divisi Utama 2014. PSPS tetap bertahan, tidak degradasi dan nyaris lolos ke babak selanjutnya walau dengan banyak pemain lokal Riau. Bahkan, pernah bertanding ke kota lain, tidak cukup 11 pemain.
Jadi teringat masa kecil tahun 80-an. Saat saya dijadikan bek karena bertubuh besar di kala kami bermain 5 lawan 5 dengan pemenang ditentukan siapa tim yang duluan cetak lima gol. Philep mempersilakan lawan pilih dulu pemain yang bagus-bagus di antara kami. Jika timnya nyaris kalah, kami tak main normal lagi. Saya disuruh jadi kiper dan lempar bola ke gawang lawan sekuatnya asalkan lemparnya ke arah dia. Nanti Philep punya cara cetak gol. Dia punya berbagai opsi untuk mengakali situasi, dan berani mengeksekusi. Saya yakin juga untuk ISC B ini.###
(Penulis Ade Adran Syahlan. Dapat dihubungi melalui akun twitternya @adesyahlan. Tulisan ini telah terbit di koran Batam Pos edisi Minggu 10 April 2016)
Â
sumber:  Di siniÂ