''Tim ISC A akan mendapat subsidi minimal Rp 5 miliar. ISC B bakal digelontorkan dana Rp 400 juta di babak penyisihan, Rp 350 juta di babak 16 besar, lalu Rp 150 juta di babak 8 besar.''
Saya kutip penggalan kalimat di atas dari berita ''Subsidi dan Aturan Kepada Klub yang Bermain di ISC 2016'' di laman ligaindonesia.co.id Jumat (26/2). ISC itu Indonesia Soccer Championship. Katanya, digelar PT Gelora Trisula Semesta (GTS) mulai 15 April 2016 mendatang. ISC A diikuti 18 tim Indonesia Super League (ISL) dan 59 tim dari Divisi Utama (DU). Nara sumber beritanya, Direktur Utama GTS, Joko Driyono.
Sayang, dalam laman web itu, tak ada saya temukan tentang Liga Nusantara. Jangankan bicara subsidi, akan menggelarnya pun tidak. Justru soal Liga Nusantara ditemukan di berita media online lain yang bukan milik PT Liga Indonesia (LI). Padahal yang jadi sumber beritanya Joko juga.
Salah satunya di JPNN.com. Saya kutip mentah-mentah ya dari berita ''ISC Resmi Diluncurkan, Akhirnya Indonesia Punya Liga Profesional Lagi'' yang terbit Jumat juga: ''Menurut Joko Driyono, direktur utama PT GTS, pihaknya telah merencanakan enam agenda penting untuk menjaga pembinaan sepak bola tanah air. Antara lain ISC-A untuk 18 klub eks ISL serta ISC-B untuk 59 peserta eks Divisi Utama. Selain itu, ada ISC-A Under 21, Liga Nusantara, Kompetisi Piala Suratin untuk U-17, serta Piala Presiden.''
Terus terang, saya jadi ragu apa benar bakal ada Liga Nusantara dan Kompetisi Piala Suratin bila cara ''berkomunikasi'' PT LI dan GTS seperti ini ke publik. Dalam tafsiran saya yang jurnalis ini, Joko menyebut Liga Nusantara dan Kompetisi Piala Suratin hanya untuk menyenangkan semua orang bola, atas hingga bawah. Tapi dari tafsiran saya yang juga pembina sepak bola usia muda di daerah -- ketua Erdeka Muda FC peserta Liga Nusantara dari Provinsi Kepri dan SSB Erdeka Muda Batam -- apa yang ditulis dilaman ligaindonesia.co.id, memperlihatkan GTS hanya memperhatikan ISL dan Divisi Utama saja.
Apalagi, Joko dan timnya seperti abu-abu. Di satu sisi menjelaskan bahwa PT GTS merupakan perusahaan independen. Artinya, tidak berafiliasi dengan PSSI maupun PT LI, operator kompetisi strata teratas sebelumnya: ISL. Tapi di sisi lain, laman ligaindonesia.co.id yang dimiliki PT LI justru jadi tempat ''mengkampanyekan'' kiprah GTS. Satu hal lagi, bila benar semua strata kompetisi sepak bola dijalankan GTS termasuk Liga Nusantara dan Kompetisi Piala Suratin, berarti GTS sudah sama dengan PSSI.
Bukan saya tak senang kompetisi bagi klub ISL dan DU bergulir lagi. Tapi saya prihatin, Liga Nusantara dan Piala Suratin hanya jadi ajang pencitraan. Saya ngiler pada subsidi yang diterima teman-teman klub ISL dan DU, tapi saya menelan ludah. Menahan harapan. Tak yakin bakal digelar, apalagi bermimpi subsidinya.
Â
###(Penulis Ade Adran Syahlan, dapat dihubungi melalui akun twitternya @adesyahlan. Tulisan ini telah terbit di koran Batam Pos edisi Minggu 28 Februari 2016)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H