Mohon tunggu...
Ade Ratno
Ade Ratno Mohon Tunggu... Administrasi - Percaya bahwa kemajuan lebih penting daripada kesempurnaan. Selalu belajar, selalu berkembang. Mengubah tantangan menjadi peluang, satu langkah pada satu waktu

Kemandirian bukan berarti berjalan sendirian, tetapi kemampuan untuk menghadapai dunia dengan kekuatan dan keyakinan diri, meski tanpa bergantung pada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pintu ke Empat

3 Januari 2025   01:29 Diperbarui: 4 Januari 2025   01:48 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Lembang itu sunyi di malam hari, tak pernah ada suara burung malam, angin, atau jangkrik. Namun, ada sebuah legenda yang membuat para penduduk tidak pernah keluar setelah matahari terbenam: Pintu Keempat. 

Dikatakan, di salah satu rumah tua di desa itu, terdapat sebuah pintu tersembunyi yang hanya muncul pada malam Jumat Kliwon. Pintu itu konon membawa siapa saja yang membukanya ke tempat yang tidak pernah kembali. --- 

Malam Jumat Kliwon Rina, seorang mahasiswa antropologi yang menyukai cerita rakyat, datang ke desa itu untuk meneliti. Dia menyewa sebuah kamar di rumah milik Pak Surya, seorang pria tua yang pendiam dan misterius. "Jangan keluar malam-malam," ujar Pak Surya dengan nada serius saat menyerahkan kunci kamar. "Dan kalau kau dengar suara ketukan... abaikan saja." Rina mengangguk sambil tersenyum tipis. Baginya, peringatan seperti itu adalah bagian dari tradisi lokal yang menarik untuk dicatat. 

Pukul 11 malam, ketika Rina sedang mengetik catatannya, suara ketukan pelan terdengar dari arah ruang tengah. Tiga kali, tok, tok, tok. Rina berhenti menulis dan menoleh ke arah pintu kamarnya. Ketukan itu datang lagi, kali ini lebih keras. Dia merasa merinding. Ingat pesan Pak Surya, Rina mencoba mengabaikannya. Namun, rasa penasaran menguasainya. Dia mengambil senter dan perlahan membuka pintu kamar. Di ruang tengah, tidak ada siapa-siapa. Tetapi di salah satu sudut rumah, dia melihat sesuatu yang aneh: sebuah pintu kayu tua yang tidak dia lihat sebelumnya. Itu adalah Pintu Keempat yang diceritakan oleh warga. ---

Rina mendekati pintu itu dengan hati-hati. Terdapat ukiran aneh di kusennya, menyerupai wajah-wajah melolong kesakitan. Udara di sekitarnya menjadi dingin, dan dia merasakan ada sesuatu yang mengawasinya. Tapi rasa ingin tahunya lebih besar daripada ketakutannya. Dia memegang gagang pintu itu dan menariknya perlahan. Saat pintu terbuka, sebuah angin kencang keluar dari dalam, meniup rambut dan dokumen Rina ke segala arah. Di balik pintu, tidak ada ruangan, melainkan sebuah kegelapan total. Dari dalam kegelapan itu, terdengar bisikan-bisikan. "Masuklah... kami menunggumu..." 

Rina merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Dia mundur beberapa langkah, tetapi tiba-tiba pintu itu menutup sendiri dengan suara keras. --- 

Pak Surya yang Hilang 

Keesokan paginya, Rina menceritakan kejadian itu kepada Pak Surya. Namun, pria tua itu tidak merespons. Wajahnya pucat, dan dia hanya memandang ke arah pintu keempat yang kini tidak ada lagi. "Pak Surya?" tanya Rina, menyentuh bahunya. Tapi pria itu tidak bergerak. Pak Surya menghilang malam itu. Para penduduk desa berkata, itu adalah hukuman karena membiarkan pintu itu terbuka. --- 

Pulang yang Mustahil

Rina memutuskan untuk meninggalkan desa itu secepat mungkin. Namun, ketika dia memasuki bus untuk kembali ke kota, dia melihat sesuatu yang membuat darahnya membeku. Di bagian belakang bus, Pak Surya duduk dengan wajah kosong, menatap langsung ke arahnya. Namun, ada sesuatu yang salah: tubuh Pak Surya terlihat memudar, seolah-olah dia bukan manusia lagi. Rina mencoba turun dari bus, tetapi pintu bus tiba-tiba tertutup rapat. Semua penumpang menoleh kepadanya, dan wajah mereka berubah---mata mereka kosong, kulit mereka seperti lilin yang meleleh. Kemudian, suara bisikan itu terdengar lagi, kali ini dari seluruh arah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun