Mohon tunggu...
Ade Ratno
Ade Ratno Mohon Tunggu... Administrasi - Percaya bahwa kemajuan lebih penting daripada kesempurnaan. Selalu belajar, selalu berkembang. Mengubah tantangan menjadi peluang, satu langkah pada satu waktu

Kemandirian bukan berarti berjalan sendirian, tetapi kemampuan untuk menghadapai dunia dengan kekuatan dan keyakinan diri, meski tanpa bergantung pada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah di Indonesia

31 Desember 2024   10:16 Diperbarui: 31 Desember 2024   10:16 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan luar sekolah (PLS) adalah salah satu jalur pendidikan yang memberikan kesempatan belajar bagi masyarakat di luar sistem pendidikan formal. Jalur ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan individu yang tidak dapat mengikuti pendidikan formal karena berbagai kendala, seperti kondisi ekonomi, geografi, atau usia. Di Indonesia, PLS telah berkembang menjadi instrumen penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pembelajaran yang fleksibel dan berbasis kebutuhan masyarakat.

Sejarah Pendidikan Luar Sekolah di Indonesia
Pendidikan luar sekolah di Indonesia mulai berkembang sejak masa awal kemerdekaan, seiring dengan upaya pemerintah untuk memberantas buta huruf di kalangan masyarakat. Gerakan pendidikan ini menargetkan mereka yang belum memiliki kesempatan mengenyam pendidikan formal.

  1. Periode Awal Kemerdekaan
    Pada tahun-tahun awal kemerdekaan, prioritas utama adalah pemberantasan buta huruf melalui program literasi dan kursus dasar. Program seperti Kejar Paket A mulai diperkenalkan sebagai upaya memberikan pendidikan dasar setara sekolah dasar kepada masyarakat dewasa yang putus sekolah.

  2. Masa Orde Baru
    Pada masa Orde Baru, pemerintah memperluas cakupan PLS dengan menambahkan program pelatihan keterampilan dan pendidikan kesetaraan. Lembaga seperti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) didirikan untuk memberikan pendidikan berbasis komunitas. Fokusnya adalah pada keterampilan praktis yang dapat membantu masyarakat meningkatkan taraf hidup.

  3. Era Reformasi dan Digitalisasi
    Setelah reformasi, pendekatan PLS semakin berkembang, terutama dengan memanfaatkan teknologi informasi. Program-program berbasis teknologi mulai diterapkan untuk menjangkau peserta didik di wilayah terpencil. Selain itu, Paket A, B, dan C menjadi lebih sistematis, memungkinkan peserta didik mendapatkan sertifikat yang diakui secara nasional.

    Program Unggulan Pendidikan Luar Sekolah

    1. Pendidikan Kesetaraan
      Program kesetaraan, seperti Paket A, B, dan C, menjadi andalan PLS untuk menyediakan alternatif pendidikan formal. Program ini memungkinkan individu yang putus sekolah untuk melanjutkan pendidikan mereka dan memperoleh ijazah yang setara dengan jenjang formal.

    2. Pelatihan Keterampilan Hidup
      Pelatihan ini mencakup pengembangan keterampilan seperti menjahit, memasak, bercocok tanam, atau menggunakan teknologi. Tujuannya adalah membantu masyarakat memiliki keahlian praktis yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi.

    3. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
      PKBM merupakan wadah pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat. Layanan yang diberikan meliputi pendidikan dasar, pelatihan kerja, hingga pendidikan kewirausahaan.

    4. Pemanfaatan Teknologi Digital
      PLS di era modern memanfaatkan teknologi digital, seperti pembelajaran berbasis aplikasi atau platform daring. Hal ini memungkinkan peserta didik di daerah terpencil untuk tetap mendapatkan akses pendidikan.

      Tantangan dalam Pendidikan Luar Sekolah
      Meskipun memiliki peran strategis, pendidikan luar sekolah menghadapi beberapa tantangan:

      • Keterbatasan Akses dan Sumber Daya: Di beberapa wilayah, infrastruktur pendidikan nonformal masih belum memadai.
      • Stigma terhadap Pendidikan Nonformal: Banyak masyarakat yang masih menganggap pendidikan nonformal kurang bergengsi dibandingkan pendidikan formal.
      • Kurangnya Tenaga Pengajar yang Kompeten: Pengajar dalam program PLS seringkali kurang mendapatkan pelatihan khusus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun