Mohon tunggu...
Ade Ramdan Gumelar
Ade Ramdan Gumelar Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Epidemiolog Kesehatan

Cogitationis poenam nemo patitur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bertuhan Tapi Tidak Beragama

6 Agustus 2024   21:13 Diperbarui: 6 Agustus 2024   21:16 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bagi Camus, pemberontakan terhadap absurditas adalah cara untuk menemukan kebahagiaan dan makna dalam kehidupan. Seseorang yang bertuhan tapi tidak beragama mungkin melihat pencarian spiritual mereka sebagai bentuk pemberontakan terhadap struktur agama yang dianggap membatasi. Mereka menemukan Tuhan dalam upaya dan perjuangan pribadi, bukan dalam ritus dan dogma.

Sren Kierkegaard: Lompatan Iman

Sren Kierkegaard, sering dianggap sebagai bapak eksistensialisme, menekankan pentingnya "lompatan iman" dalam hubungan dengan Tuhan. Dalam bukunya Fear and Trembling, Kierkegaard berbicara tentang iman sebagai tindakan yang sangat personal dan subjektif, yang melampaui rasionalitas dan institusi agama.

Bagi mereka yang bertuhan tapi tidak beragama, pandangan Kierkegaard menawarkan validasi bahwa hubungan dengan Tuhan adalah pengalaman yang sangat personal dan intim. Mereka mungkin merasakan bahwa iman sejati tidak dapat dibatasi oleh struktur agama, melainkan adalah hubungan langsung dengan yang transenden.

Refleksi Akhir: Menemukan Makna dalam Kebebasan Spiritual

"Bertuhan tapi tak beragama" adalah sebuah perjalanan yang penuh dengan refleksi dan pencarian pribadi. Ini adalah upaya untuk menemukan Tuhan di luar batasan-batasan agama yang terorganisir, melalui jalan yang ditentukan oleh pengalaman dan penemuan pribadi. Fenomena ini mengajak kita untuk mempertimbangkan ulang hubungan antara individu, Tuhan, dan agama.

Para filsuf seperti Friedrich Nietzsche, Voltaire, Albert Camus, dan Sren Kierkegaard menawarkan berbagai perspektif yang membantu kita memahami kompleksitas dan nuansa dari fenomena ini. Melalui kritik terhadap institusi agama, pencarian kebebasan individu, pemberontakan terhadap absurditas, dan penekanan pada iman personal, kita dapat melihat bagaimana "bertuhan tapi tak beragama" adalah sebuah bentuk pencarian spiritual yang sah dan bermakna.

Dengan demikian, kita diundang untuk merenungkan dan mungkin merangkul pendekatan yang lebih pribadi dan bebas terhadap spiritualitas, di mana hubungan dengan Tuhan adalah hasil dari pencarian dan pengalaman individu yang mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun